"Bodoh. Kau bisa mati saat itu."
"Maksudmu,.. jantung berhenti berdetak?"
"Iya. Kamu akan mati kalau kau terus-terusan membiarkan orang lain menyakitimu."
"Kau itu tidak sepintar yang aku kira."
"Maksud kamu apa?"
"Kau tidak mengerti mati yang sebenarnya."
.......
"Jadi menurutmu, kamu lebih mengerti tentang mati?"
"Ditembak dengan pistol tepat di jantung, melompat ke jurang, urat nadi dipotong, atau tubuhmu dibakar sampai diracuni. Apakah kau benar-benar mati dengan itu semua?"
..............
"Ya. Tentu saja itu semua bisa membuatmu mati. Mati seketika!"
"Terlupakan lebih menyedihkan daripada terabaikan."
"Jangan curhat. Menjengkelkan!"
"Hahaha. Kamu terlalu sentimentil seperti biasa! Kamu sudah pernah mati?"
"Selama kau ada, bagaimana mungkin aku bisa mati."
.
.
.
____
Sebut saja kita ini dua orang pelawak gila. Mengingat mati seperti menunggu makanan yang tiap hari kita santap di meja makan. Tak pernah benar-benar kenyang dengan jamuan itu. Selalu kelaparan dan bertanya-tanya bagaimana semua ini akan berakhir. Mungkin sampai kita benar-benar mati. Sampai tak ada lagi yang perlu dipertanyakan dan yang tersisa hanyalah jawaban yang paling jujur.
Kalau mati jangan sekarang! Tunggulah bersamaku. Jangan biarkan aku menyusulmu di sana. :D
ReplyDeletebeh.. hha
Deletetunggu waktunya gitu ya, bro.
Jadi, kau masih ingin benar-benar mati? lupakanlah, kita sedang memakannya sekarang.
ReplyDeletewah :)
Deletejangan buru-buru dihabisin mbak.
masih tetap ingin mati??? bangkit dari mati itu :)
ReplyDeletehidup masih terlalu baik, kak.
Deletekita tidak akan mati karna mereka masih di sini, mengolok-olok, menertawai, menikmati tingkah bodoh bersama. :)
ReplyDeleteSalam kenal, salam Bloofers! follow back my blog bro.
salam kenal.
Deleteah. iya. bro.
Lama tak berkunjung
ReplyDeleteTulisan mas uchank Masih menyentil seperti biasa...
:D
hahah. bisa saja.
Deleteterima kasih mbak runa.
Hahaha.
ReplyDelete*kena banget*
"Selama kau ada, bagaimana mungkin aku bisa mati."
Deletejadi,
"Kalau tidak ada mko, mati ma." hahahaha (>__<)
interpretasinya beda. hha
Deletehahaha, tapi ndak apa. saya menyerahkan sepenuhnya kepada pembaca memaknai tulisan saya yang random begini.
Ah, ya... Saat berada di rumah orang-orang mati, kita merasa hidup sendiri. Padahal mereka dalam kematiannya seakan berkata; "Rupanya, kamu belum juga dibangkitkan"
ReplyDeleteSalam kenal Mas Uchank, tulisannya sangar! ^^
kutunggu di pintu neraka :D
ReplyDeletebtw slm kenal & follback
setuju banget,
ReplyDeletekita akan mati jika sudah tidak ada yang kita harapkan dan tidak ada yang mengingat atau membutuhkan kita. Kita akan menjadi manusia terabaikan.
tentang dua orang yang mendendangkan elegy kematian. Sepertinya kriuk-kriuk sekali di lidah mereka ya? :D
ReplyDeleteTerlupakan memang seperti mati. Mati yang paling menyedihkan :(
ReplyDeleteBLOGWALKING kesini lagiiiiiiii setelah sekian lama vakum x)