Pages

catatan perjalanan: menelusuri Rammang-rammang

19 December, 2012


Desa Rammang-rammang terletak di kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Saya tidak tahu harus menyebutnya desa atau dusun, sepertinya sama saja. Rammang-rammang adalah sebuah tempat yang hanya dihuni belasan kepala keluarga di sana. Tempat itu terpencil. Dikelilingi oleh lembah dan bukit yang biasa disebut karst. Satu-satunya jalan menuju tempat itu hanyalah lewat sungai menggunakan perahu kecil. Banyak turis asing yang biasanya ke tempat itu karena berseberangan dari tempat itu juga ada goa telapak tangan. Goa yang punya banyak telapak tangan orang-orang jaman dulu di langit-langitnya.


Tarif turis asing menggunakan perahu kecil biasanya Rp. 50.000,00 sudah pulang pergi. Maksimal dalam satu perahu memang diisi empat orang saja. Untuk turis lokal, biasanya hanya Rp. 20.000,00 saja. Bahkan bisa gratis kalau kita kenal sama daeng yang punya perahu itu. Kalau untuk kalangan mahasiswa, daeng pemilik perahu tidak menentukan tarif, katanya seikhlasnya saja. Entah apa maksudnya. Orang-orang di sana memang sangat ramah.

Saya beserta empat orang teman pergi menggunakan dua perahu. Ini pertama kalinya dalam beberapa tahun ini saya menggunakan perahu kecil seperti ini lagi. Biasanya hanya di laut saya menaiki perahu semacam ini, itupun ukurannya yang lebih besar. Sensasinya memang beda.

Sepanjang sungai saya menyaksikan pemandangan yang tidak biasa. Romansa alam yang dipadu-padankan dengan kehidupan masyarakat setempat sangat jelas terlihat. Inilah kehidupan sungai. Saya merasa takjub sendiri melihat itu semua. Beberapa kali kami berpapasan dengan orang-orang yang pulang dari kota. Di atas perahunya ada sepeda untuk anak kecil. Beberapa penduduk juga membawa karung-karung beras yang bertumpuk di perahunya. Bahkan ada beberapa perahu yang sengaja menepi karena bertemu dengan temannya. Salah satunya mengeluarkan sebungkus rokok dan menghisapnya bersama.
penduduk asli yang begitu murah senyum. hha
Tidak sampai sejam untuk sampai di dusun Rammang-rammang. Tepian batu-batu seperti karang-karang di pinggirnya adalah pertanda bahwa kami sudah mendekati tempat tujuan. Saya selalu terkesima dengan panorama alam semacam ini. Masih alami dan mengukir banyak sejarah.
ini seperti menjadi dermaga memasuki dusun Rammang-rammang
dermaga, pasang gaya bentar
Saya penasaran, kira-kira siapa orang yang pertama kali menemukan tempat ini. Saya sudah bertanya ke beberapa orang penduduk di sana tapi mereka juga tidak tahu.
Tempat itu begitu asri. Tak ada suara-suara kendaraan bermotor di sana. Hanya suara burung-burung bersama desau ilalang dan pohon-pohon yang tenang. Ada sawah dan juga empang. Sepertinya itu sudah cukup untuk membuat tempat ini makmur tanpa bantuan dari dunia luar. Ya, begitu damai dan tenang.

perjalanan ke salah satu rumah penduduk, makan dan istirahat



chank, iank, huda, aman dan someonenya.
Tempat itu telah menjadi salah satu tempat favorit saya di pulau ini. Terpencil dan jauh dari keributan kota. Kadang, kita membutuhkan suatu tempat di mana kita bisa menyelami pikiran orang lain. Dan di sanalah saya bisa menyelami pikiran-pikiran penduduknya. Walaupun tidak sepenuhnya dan secara utuh. Melihat kehidupan mereka yang serba sederhana dan sangat minim dari kesan mewah, mereka masih terlihat begitu bahagia. Mereka menjalani takdir dan memilih hidup di tempat itu. Di rumah-rumah mereka juga banyak karung-karung beras. Bahkan sampai di langit-langit ruang tamu dijadikan gudang penyimpanan beras. Saya terkesima sekali lagi.

Nb: dokumentasi oleh Iank.
Catatan Perjalanan: Popcorn's 2nd Anniversary

14 comments:

  1. liat foto bang uchank kok kayak orang tionghoa ya? :D
    kikiii

    mana oleh"nya ini :/

    ReplyDelete
  2. Di Jawa Barat ada sejenis tempat seperti ini bang, daerah ciamis. Paduan nuansa alam dan adat budaya Indonesia memang tak henti buat kita terkesima ya :)

    ReplyDelete
  3. huaa... foto2nya aja pemandangannya udah cakep, apalagi aslinya, tuh

    ReplyDelete
  4. Huaaaa mupeeeeng
    *udah lama nggak jalan-jalan

    Eh tapi itu nggak serem naik perahu kecil itu ya chank? Kalo aku parno aja karena nggak bisa berenang, hihihi :p

    ReplyDelete
  5. Terimakasih sudah berpartisipasi dalam Giveaway Popcorn's 2nd Anniversary, Uchank. Sudah saya catat :)

    ReplyDelete
  6. desanya enak banget, Chank... Masih alami banget. Pengen ke sana tapi jauhnyaaa :(

    ReplyDelete
  7. bentukan karst di Maros memang indah :D
    kapan yaa bisa ke sana... ^^
    Bayarin donk, chank :D

    ReplyDelete
  8. addech, ccank...
    kalo mau pergi2 kayak begini, ajak2 dong!

    ReplyDelete
  9. Itu perahunya kecil banget chank, sekali goyang bisa kebalik tuh hehe

    ReplyDelete
  10. 2.5 years lived in makassar and never been here.
    -_-"

    ReplyDelete
  11. hallo bang uchank
    lama gak buka blog. gimana kabar?

    suka sama postingan yang ini. pengen ke desa yang bener-bener desa. haha

    ReplyDelete
  12. Kalau siangan ke sini, keburu ga yah untuk pulang di hari yg sama ke makassar kota dengan transportasi umum? Soalnya kita ke makassar cuma berdua doang. Terimakasih.

    ReplyDelete
  13. Asli indah apalagibsekarang jalur sdh lbh mudah

    ReplyDelete
  14. Asli indah apalagibsekarang jalur sdh lbh mudah

    ReplyDelete

speak up!