Pages

imigrasi kunang-kunang

21 January, 2013



Malam itu bulan purnama jatuh tepat di matamu. Seperti ada hujan cahaya di tepian pantai tempat kita berpijak. Suara ombak riuh di telinga kita, lampu-lampu kota begitu terang, dan angin malam membasuh wajahmu yang memerah. Kau dan aku seakan terdampar di pulau terpencil yang minim akan kata-kata. Mungkin kata-kata tak ada gunanya lagi. Ataukah, salah satu dari kita telah membuat mereka menjadi sungkan untuk berbaris rapi dan menjelaskan hal sederhana?

Sesekali kau melempar senyum pada ikan yang melompat keluar dari laut. Itu hanya ikan, dan baru saja menerima senyummu yang hangat. Aku bertanya-tanya sendiri dalam hati. Kalau saja isi hatiku semuanya melompat keluar saat ini, apakah senyum itu yang akan diterimanya? Aku melipat senyum. Kau mendapati mataku yang dipenuhi kunang-kunang.

Ya, malam itu aku lupa. Seberapapun kita menyembunyikan kebahagiaan dan kenyamanan, mata kita akan selalu berterus terang. Aku tidak tahu apakah kau ahli membaca mata ini atau tidak. Aku juga tidak tahu apakah kau ahli dalam membaca kelakarku atau tidak. Yang aku tahu, kau selalu punya jawaban yang tepat untuk setiap pertanyaan-pertanyaanku yang muskil.

Waktu tergelincir di antara pukul tujuh dan delapan. Malampun ikut tenggelam pada pekatnya mimpi orang-orang kota tentang hari esok. Tak ada lagi ikan-ikan kecil yang melompat-lompat keluar dari laut. Tak ada lagi kau dan aku yang tersedak oleh hening. Kita berdua memanen kata-kata yang selama ini telah tertanam membatin dalam hati. Saat ini adalah musim yang tepat untuk memanen semuanya. Panenku banyak, begitupun engkau.

Kunang-kunang di mataku bermigrasi pada purnama di bola matamu. Cahaya mereka berpendar berdampingan menyaksikan kota dengan lampu-lampunya yang memuakkan. Ingatan tentang keluguan dan kepura-puraan yang naif membuatku tertawa. Sedangkan kau hanya tersenyum seakan melepas beban, dan angin malam yang begitu dingin tak punya cukup daya membuatku melipat lengan.

Suatu hari nanti, kalau dunia tak lagi sama dan menjadi terlalu gelap untuk ditinggali. Kemarilah, mendekatlah padaku. Akan kutemani kau melewati setiap kegelapan yang menakutkan itu . Akan kuterangi jalan setapaknya walau hanya dengan cahaya kunang-kunang sekalipun. Aku memang ceroboh dalam beberapa hal. Seperti cerobohnya aku karena pernah mengabaikanmu. Tapi aku tidak akan pernah seceroboh itu membiarkanmu berjalan sendirian dalam gelap.

Kalau memang suatu hari nanti kesedihanmu tak bisa dibendung lagi. Akan kuingatkan kau tentang sebuah malam yang lebih manis dari segelas ice cappucino di atas meja kita. Tentang kunang-kunang yang bermigrasi dan akhirnya mengubur dirinya sendiri di matamu. Kedengarannya memang menyedihkan, tapi matamu adalah rumah yang membuat kunang-kunang itu merasa telah pulang. Setidaknya, kau akan tersenyum karena kenangannya.

pict from here

16 comments:

  1. Kunang-kunang di mataku bermigrasi pada purnama di bola matamu...

    Suatu hari nanti, kalau dunia tak lagi sama dan menjadi terlalu gelap untuk ditinggali. Kemarilah, mendekatlah padaku. Akan kutemani kau melewati setiap kegelapan yang menakutkan itu . Akan kuterangi jalan setapaknya walau hanya dengan cahaya kunang-kunang sekalipun

    Kan kunang2nya migrasi ke matanya, kok kamu masih punya? haha, pemahaman subyektif pembaca, penulis pasti punya alasan tersendiri... keep writhink

    ReplyDelete
    Replies
    1. dua kutipan yang ditulis diatas itu tentang kunang-kunang yang berbeda.

      yang pertama: kunang-kunang yang memang ada di matanya si aku.
      yang kedua: kunang-kunang liar. ( secara universal )

      susah juga bedakan tunggal dan jamaknya kunang-kunang.. hhe

      Delete
    2. klo jamakx jadi kunang-kunangs :) hihi

      Delete
  2. Mantap permainan diksinya...
    nice!!!
    mampir juga ke tempatku, ya...
    ditunggu komentarnya...

    ReplyDelete
  3. ahh,Uchank, selalu saja...

    #seolaholah

    ReplyDelete
  4. tapi matamu adalah rumah yang membuat kunang-kunang itu merasa telah pulang.... jleb banget dgn kalimat itu

    ReplyDelete
  5. Bagaimana jika aku tidak membutuhkan cahaya itu? Aku nyaman di dalam kegelapan ini >·<

    ReplyDelete
  6. hai chank. perspektifmu, selalu membuat banyak tanda tanya. Aku harus berlari mengejar untaian ini

    ReplyDelete
  7. "tapi matamu adalah rumah yang membuat kunang-kunang itu merasa telah pulang. Setidaknya, kau akan tersenyum karena kenangannya"

    suka sama banget sama kalimai itu ka ucank, kayaknya dalem banget gitu maknanya. ^^

    ReplyDelete
  8. uchaaaankkkk...dekkk...kangen main ke lapakmu...sukaa sama permainan katanya :)
    uchank banget deh...hehe...mau donk kunang-kunangnya :')
    boleh nggak imigrasi ke tempatku?? hihi

    ReplyDelete
  9. Hai tuan kunang-kunang, kenal sama pangeran cahaya nggak? #eh

    ReplyDelete
  10. hoooo.. ini makin romantis ajah sodara saya satu ini. hehehe. :P

    ReplyDelete
  11. Salam Kenal bt si kunang-kunang :)

    ReplyDelete
  12. waktu kecil aku dulu suka bermain kunang-kunang

    ReplyDelete

speak up!