Hujan yang tak mengenal musim
01 September, 2012
Hei, kemarin aku bertemu Sunyi. Katanya ia rindu padaku, aku hanya tersenyum. Sudah lama ia tak menyapa dan menemaniku di dalam kamar, bahkan kami pernah tertawa bersama di pesta yang ramai. Sunyi, ia memang teman yang baik tapi sayangnya sahabat yang buruk. Aku pernah bertengkar dengan Sunyi tentang siapa diantara kami yang lebih mengenal Hampa.
Terang saja aku mengenal Hampa. Seingatku, kami bertemu bulan April yang lalu. Bulan di mana semua kesedihan bertiup dari barat, tapi tanpa kusadari ternyata bahagia juga jatuh dari langit. Aku baru menyadarinya belakangan.Ternyata aku terlalu intim melihat hal-hal yang ada di luar, tapi tak pernah mau melihat kedalaman sebuah kejadian. Hampa, ia ngotot menemaniku saat itu. Hari itu juga ia mengenalkanku pada Sunyi.
Tapi aku tidak ingin membahas tentang Sunyi dan Hampa. Mereka sahabat yang buruk untuk orang sepertiku. Aku sedang ingin membicarakanmu, Hujan. Tapi sebelumnya, terima kasih telah mengusir mereka.
Hujan, tahukah kau saat pertama kali kita bertemu? Hari itu sangat cerah, tak ada sedikitpun pertanda kau akan datang. Tak ada sepoi angin, awan gelap, atau hanya sekedar laporan cuaca di televisi. Semuanya serba tak terduga. Ah, tentu saja harusnya memang begitu. Karena kau Hujan yang tak mengenal musim. Hujan yang bahkan awan pun tak tahu kapan kau akan menyapaku.
Seperti itulah pertemuan kita, Hujan. Bunyi tik tik-mu menderu pelan mengikuti langkahmu. Sebuah pertemuan di mana mataku telah mengabadikanmu sebagai potret yang tak pernah bisa kucetak. Kau hanya membatin dalam sebuah gambaran dalam ingatanku. Setelahnya, kau hanya menjadi kolam kenangan yang ingin terus kuselami bersama ikan-ikan mas yang sengaja kita pelihara.
Hujan, aku mencintaimu lebih daripada tanah yang menimangmu saat jatuh. Perasaanku ini lebih besar dari pada awan yang menjatuhkanmu. Tapi mengertikah kau, Hujan? Semua detail tentangmu, aku mencintainya. Aku bahkan tak peduli dengan bunyi tik tik-mu yang keras ataupun lembut. Asal kau datang, Hujan. Menemaniku mengusir hampa dan sunyi yang hampir menenggelamkanku dalam kekosongan.
Aku ingin dunia tahu tentangmu, Hujan. Bahwa aku memiliki perasaan seperti itu padamu. Bahwa kau juga menyimpan sebuah kolam kenangan tentangku dalam setiap tik tik-mu yang jatuh. Aku hanya tak ingin orang lain menengadahkan tangan dan meminum kenanganku bersamamu. Seperti itu aku cemburu, Hujan.
*pict: danbo
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
pertamax...
ReplyDeletehujan mungkin teman yang bisa mengusir kesunyian, namun seringkali mendekatkan kehampaan...
Sunyi, Hampa dan Hujan. Kayaknya aku kenal mereka, deh :D
ReplyDeletehujan... *terdiam....
ReplyDeleteHujanmu.... apakah sama dengan hujan yang ku kenal?
ReplyDeleteHujan, kau selalu mampu mencipta pelangi dari bias mentari.
ReplyDeleteHujan.. aku juga punya perasaan yang besar padanya.
ReplyDeletehahaha, cemburu ya?
wow .. aku jadi ingin menulis juga tentang hujan
ReplyDeleteudah lama ga turun hujan nih di Surabaya :D
Whowwww....
ReplyDelete*sudah itu saja.
Hujan? pernah lama menunggunya, lalu berpeluk mesra saat kedatangannya tapi tidak hanya berdua, aku ajak juga sepi dan hampa untuk sama-sama di nikmati di bawah guyurannya
ReplyDeletepilihan kata-katanya itu lho mas...
ReplyDelete*speechless*
RT mb.. :)
DeleteUchank, aku mengenal sunyi lebih lama dan lebih dalam sebelum hampa mendatangiku. Sunyi adalah sahabatku, walau kau takkan setuju. Dan hampa datang padaku bukan dibulan April sepertimu, ia datang di awal Oktober tahun lalu, ketika hujan turun tiga kali sehari.
ReplyDeleteAduh aduh... pilihan katanya itu lho...
ReplyDeleteenak bangetlah dibaca :D
hujan yang tak mengenal musim...,
ReplyDeletenamun kali ini hujan tak pernah lagi menyapa bumi makassarku,
meninggalkan tanah kering yang berdebu,
entah kapan hujan kan datang lagi menyapa :)
Hujan itu nama orang loh. Dia cowok (kawanku). Namanya Hujani Prawiro :D
ReplyDeleteduh.. kalian. uchank, nick, uty makin mirip ja. ckckkck..
ReplyDeletetdk bisa dipungkiri "kesejiwaan" spertinya mmg ada.
Sunyi, hampa dan hujan, tak disangka bisa terangkai menjadi kata-kata yang sangat "menarik". like this lah :)
ReplyDeleteandai aja hujan itu sudah kenal dengan musim...
ReplyDeletepasti mereka saling sayang..
"Tak Kenal maka Tak sayang"
salam I-Pub
HUjann..
ReplyDeletetiap butirmu melantunkan melodi mengkesima
Percikmu meneduhkan dahaga jiwa..
wahwahh, hujan, aku suka wangi tanah saat hujan membasahinya..
ReplyDeleteDulu aku benci hujan. Tapi aku sadar kenapa membenci keberkahan karena hujan adalah berkah.
Akhirnya Hujan itu datang juga... :D
ReplyDeletehehehe... sory baru sempat mampir chank.. hampir setengah bulan lebih berada di kampung yang jauh dari jangkauan internet..hehe...
oya mohon maaf lahir batin juga... biar telat yang penting kita saling memaafkan... :D :D :D
aaaaa aku suka bangetlah sama tulisan-tulisanmu bang! setiap katanya melenakan :D
ReplyDeleteyang ku tahu, aku ingin selaLu merasakan belaian hujan saat sedang bersedih, agar bisa tertawa bersama.
ReplyDelete