Pages

matahari, embun, dan daun

15 July, 2012

Kamu pernah mendengar kisah tentang embun dan daun? Ya, itu cerita yang sudah lama sekali, cerita yang cukup singkat dan entah siapa yang memulainya. Aku akan menceritakannya dengan kalimat sederhana sebisa mungkin.

Entah kapan terjadinya, matahari pernah merasa kesepian. Ia tak pernah benar-benar menemukan hal yang membuatnya bahagia atau membuat hatinya tenang. Sudah berabad-abad tak ada yang bisa menarik perhatiannya. Ia merasa bosan dengan rutinitasnya setiap hari, tanpa pernah ada yang membuatnya semangat untuk menunda-nunda sebuah hari.

Suatu hari, ia melihat hal yang tidak biasa. Di tanah yang gersang, ada sebuah pohon yang tumbuh dengan hanya sekuncup daun yang tersisa. Ia heran, kenapa daun itu masih bisa hidup, padahal tanah itu begitu gersang. Matahari terus memperhatikan, dan mengawasinya karena begitu penasaran.
Siang, sore, sampai senja hanya setitik di ujung garis pantaipun ia tetap memperhatikan daun itu.

Kemudian saat matahari tertidur dengan pulasnya, embun itupun datang. Ia bermain bersama daun, bercerita, dan memberinya semangat hidup. Daun begitu bahagia dan lebih hijau saat bersama embun, tak pernah ada yang bisa mengerti daun seperti si embun santun nan kemilau itu. Mereka bercerita dan tertawa seperti dua anak kecil yang baru saja bertemu. Sampai di suatu pagi, matahari mengintip di sela-sela subuh dan terpikat oleh embun.

Matahari jatuh cinta pada embun, ia ingin memilikinya. Daun tak bisa berbuat apa-apa. Dia punya hutang budi kepada matahari, ia sudah seperti sahabatnya sendiri. Lagipula, daun tak pernah mengatakan perasaannya kepada embun, mataharipun tak tahu bagaimana perasaan sekuncup daun itu pada embun. Daun tak ingin membuat matahari kecewa, bisa-bisa semesta akan menjadi buram ketika ia murung.

Maka daun memberikan ruang untuk matahari.
Selang beberapa hari, matahari mendekati embun di pagi itu, ia ingin memilikinya lebih nyata. Ternyata ia pun tak bisa memiliki embun. Yah, sampai sekarangpun kita bisa melihat saat matahari mendekati embun tapi tak pernah berhasil. Embun selalu hilang di antara langit dan bumi, ia menguap dan tiada sebelum menyentuh matahari. Sedang daun hanya diam di sana memperhatikan keduanya bersama perasaan yang diharapnya akan layu.

“Aku ingin kembali ke awal pertama kali kita bertemu dan mengucapkan selamat tinggal sebelum sempat saling mengenal, bisa?” Kata daun saat embun telah hilang bersama cahaya. Suaranya hanya tertelan angin di hamparan pasir itu. Tak pernah sempat.

Itu cerita yang aneh kan?

Bagaimanapun aku selalu menunggu embun yang santun itu menyapaku di pagi hari. Entah ia ada di kaca jendela kamarku yang sepi ataukah di dedaunan yang menggelantung itu. Embun pagi itu tulus, ia tak pernah minta apa-apa pada daun. Padahal ia menyapa daun di tiap pagi. Ia hanya berbaring sebentar pada selimut daun, kemudian hilang bersama sinar matahari.

Lalu bagaimana jadinya kalau embun dan daun itu bertemu dalam situasi dan waktu yang berbeda? Mungkin hanya Tuhan yang yang punya cerita cadangannya. 

Nb: Maaf saya sedang sering bercerita konyol.haha

27 comments:

  1. “Aku ingin kembali ke awal pertama kali kita bertemu dan mengucapkan selamat tinggal sebelum sempat saling mengenal, bisa?”

    suka kata-kata itu
    salam kenal sebelumnya, jejak pertama hee :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal :)

      Jejak pertama harus poto2 dulu :P hha

      Delete
  2. Kerennnnnn Uchankkkkkkkkkk... Andai ya, kita bisa tahu kalau seseorang itu, adalah orang yang akan bikin dunia kita jungkir-balik di kemudian hari... pasti akan milih berbalik dan gak ketemu sekalian...

    But c'est la vie

    ReplyDelete
  3. embun dan matahari gk bakalan jodoh.., beda klo daun ma embun emank dah dr sonox kedua tercipta tuk saling meng-indahkan... *komen ngawur... *smile

    ReplyDelete
  4. waaaaah,, sayang ya matahari dan embun bagai timur dan barat.. susah untuk dipertemukan

    ReplyDelete
  5. wah wah wah ini memang sengaja nda ada gambarnya atau karena dikejar deadline pak? :p

    ReplyDelete
  6. Aku ingin kembali ke awal pertama kali kita bertemu dan mengucapkan selamat tinggal sebelum sempat saling mengenal....oho kalimat ini mengingatkan-ku pada seseorang nun jauh di sana..ahay..melankolis banget :)

    ReplyDelete
  7. Gini ini katanya cerita konyol??? Kamu gak papa Uchank???

    Kalo konyolnya gini, trus romantisnya kayak gimanaa cobak yaaa??? -_-"

    ReplyDelete
  8. kemunculan embun memang sekejap... tapi sekejap itu penuh arti...

    ReplyDelete
  9. kisah cinta yang tragis, mungkin harus di buat lebih dramatis, misalnya cerita dengan judul "embun yang ditukar" :p

    ReplyDelete
  10. hanya satu hal yang kupahami bahwa Matahari tak pernah lelah menghangatkan dedaunan,....

    ReplyDelete
  11. “Aku ingin kembali ke awal pertama kali kita bertemu dan mengucapkan selamat tinggal sebelum sempat saling mengenal, bisa?”
    bagaimana bisa kak uchank???? haaa selalu begini deh tulisannya mebuat saya bertanya-tanya emmm

    ReplyDelete
  12. suatu saat, akan kuceritakan padamu tentang mimpi...

    ReplyDelete
  13. WOW! sayangnya waktu tidak bisa di putar hanya kenangan yang membuat embun itu tetap hidup.

    ReplyDelete
  14. “Aku ingin kembali ke awal pertama kali kita bertemu dan mengucapkan selamat tinggal sebelum sempat saling mengenal."

    mengingat kenangan manis, jadi pengen mengulangi masa itu ya kak.

    ReplyDelete

speak up!