Sebuah Titik
Dalam hidup ini seringkali kita terlalu banyak berandai-andai. Andai begini, andai begitu, andai-pun itu hanyalah kata-kata dalam kepala kita yang bising seolah mengalahkan riuh dan gemuruh jalan-jalan kota yang ramai. Akupun pernah berandai-andai menikah, atau bertemu dengan seseorang yang bisa mengerti diriku yang tidak terlalu kompleks ini. Mudah ditebak begitu jelas seperti kaca bening yang sekali kau melihatnya kau sudah tahu "O, lelaki ini sangat sederhana."
Andai saja kau tahu, pertemuan pertama kita adalah moment dimana aku ingin mempercayai seseorang lagi. Sekelabat sapaan dan tuturmu cukup membuatku tahu bahwa tembok tinggi yang teramat asing di dalam diriku telah runtuh oleh seseorang yang baru saja kutemui.
Andai saja kau tahu, beberapa pesan singkat yang sering kali kita lontarkan satu sama lain itu juga membuat hari-hariku tidak monoton lagi. Kau pasti tahu rasanya, bangun-kerja-pulang-tidur seperti robot yang hidup di masa depan. Apakah mereka seperti itu? Robot-robot itu tidak punya hati, tidak punya rasa apalagi kepekaan. Begitulah kehidupan menamaiku sebelum mengenalmu.
Andai saja kau tahu, komunikasi seringkali menjadi bumerang yang berbalik arah mengacaukan intuisiku, Aku tak begitu pintar menangkapnya. Butuh latihan berbulan-bulan agar diriku yang seperti robot, kaku dan kikuk itu berubah. Dulu sekali, beberapa kali kita bertengkar hanya karena komunikasi yang buruk, seolah diam hanya menghanyutkan akal dan berbicara hanya meruntuhkan pondasi kepercayaan yang telah dibangun. Kita banyak belajar saat-saat itu, juga sampai sekarang. Aku suka saat lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Seperti mendengar saluran radio kesayangan yang sewaktu kecil dulu sering diputar di sudut kamar.
Andai saja kau tahu, pernikahan adalah sebuah keajaiban untukku. Terdengar berlebihan, tapi begitulah adanya. Aku tak pernah merencanakan pernikahan diumur seperti itu. Mungkin diusia 40 atau lebih, ketika keadaan telah menjadi lebih baik. Tapi kau membuatku mengusahakan segalanya. Kau membuat diriku yang dulunya robot ini berani menantang kehidupan ini lebih keras lagi. Kau membuatku bisa mempercayai bahwa hidup ini masih memihakku.
Andai saja kau tahu.
Ada seseorang yang ingin menghabiskan segelas kehidupan ini bersamamu.
❤️❤️❤️
ReplyDelete🤍🤍🤍🤍🤍🤍😭😭😭
ReplyDelete🥹🥹😍😍😍
ReplyDelete🥹
ReplyDeleteMasya Allah 🤍🤍🤍
ReplyDeleteMasyaAllah
ReplyDeleteMasyaAllah Tabarakallah
ReplyDeleteSuka sekali :)
ReplyDeleteBang, aku sering bolak-balik ke sini cuma buat baca tulisanmu yang berjudul "pedang". Baru tahu sekarang udah update lagi, ikut senang bang atas kebersamaan kalian. Semoga langgeng sampai maut memisahkan.
ReplyDelete