collision!
21 April, 2013
Malam belum berbuah bulan saat aku menggenapi kesepianmu. Matahari baru saja tertidur pulas di kaki langit. Orang-orang lalu lalang seperti kerumunan semut. Ramai tapi tak pernah saling bertabrakan. Sesekali mungkin, iya. Tapi tak sesering saat dua orang seperti kita bertemu.
Anggap saja pertemuan kita ini selalu menghasilkan 'tabrakan'.
Duniamu dan duniaku yang saling bertabrakan dalam kealpaan. Menjadikannya seperti dua meteor yang berbenturan pada galaksi yang luas. Hancur berantakan. Kepingan-kepingan kenangan yang berserakan dalam ingatan terburai di udara. Kau dan aku kemudian mengumpulkannya satu persatu lalu memaknainya lebih daripada saat mengingatnya seorang diri.
Kau bercerita. Aku mendengarkan. Aku bercerita. Kau mendengarkan. Sesekali kita beradu pendapat. Begitulah esensi pertemuan seharusnya, saling mendengarkan. Cerita kita kemudian menceritakan dirinya sendiri. Bagaimana mereka kesepian dan akhirnya menemukan orang yang bisa dibagi ceritanya masing-masing. Sungguh, cerita kita kedengarannya gila dan sedikit konyol malam itu.
Kita kemudian mencari tempat untuk duduk. Tak tahan karena tumpuan kaki yang sudah kelelahan menentukan langkah. Aku memilih duduk di dekat tangga. Kau memesan segelas minuman yang ragu kuberi nama dan tiga burger yang kupikir itu kebanyakan. Sekali lagi, malam yang dingin menjadi terasa hangat karena perhatianmu. Aku tersenyum, menyembunyikannya sambil menatap jalanan yang dikerumuni bintang-bintang yang merah menyala.
Kau tak begitu suka dengan tangga. Orang datang dan pergi melewati kita. Mungkin kau memang orang yang seperti itu. Tak ingin terlalu mencolok di mata orang lain. Kau juga tidak terlalu suka dengan keramaian. Atau mencari perhatian orang lain dengan berdandan berlebihan. Kau, perempuan yang sederhana saja.
Beruntunglah lelaki yang bersamamu, karena dengan kesederhanaanmu—aku bahkan yang bukan siapa-siapa merasa memiliki seluruh bumi saat di dekatmu. Ah, ini kedengaran terlalu dramatis. Padahal aku tidak suka hal-hal yang berbau drama. Terlalu melankolis. Aku tak bisa menampiknya.
Aku punya rahasia kecil. Tapi sebenarnya bukan rahasia lagi. Aku selalu benci hari saat berdua denganmu. Iya, aku sangat tidak suka hari itu. Karena hari di mana kita bersama akan selalu dihabiskan oleh waktu dengan tergesa-gesa. Waktu seakan dikejar anjing gila. Tapi hanya sampai pada waktu aku membenci. Selebihnya, aku bersyukur. Malam tak mau kompromi rupanya. Kita harus pulang. Aku takut membuat orang rumahmu khawatir berlebih karena anak gadisnya pulang menghabiskan satu gelas malam.
Setengah gelas malam sudah cukup. Selalu menyenangkan bisa menyusun puzzle cerita yang berantakan denganmu. Aku merindukan kepingan-kepingan cerita yang kita susun berdua waktu itu. Aku ingin menyelesaikannya. Mungkin bersamamu, atau kalau kau tidak sempat lagi, tak apa. Aku bisa menyusunnya sendiri.
Aku akan membiarkan logika dan perasaan bertabrakan kali ini. Aku sudah tak ingin mencemaskan dua hal yang berlawanan sekaligus. Perasaan ingin itu, tapi logika menolaknya. Begitu sebaliknya dan seterusnya. Terbolak-balik. Hati menjadi terombang-ambing. Pikiran entah kemana. Bukankah hal semacam itu sangat melelahkan? Ah, tak usah diambil pusing. Bumi sudah cukup lelah dengan kesedihan yang ditampungnya sendirian, jangan menambah bebannya.
Ada saat di mana kehidupan menjadi seperti komedi yang ironis.
Di mana merindukan seseorang bahkan butuh keberanian yang lebih.
pict from here
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
cetar membahana badai kutub utara.. lagi jatuh cinta nih kak ? tetapi, pada seseorang yang .............
ReplyDeleteah, takdir lebih berhak melanjutkan frasa ku itu..
:v
hha takdir, saya suka sekali dengan kata itu.
Deleteentah bagaimana selalu memberi kejutan, ai.
hmm... -ada saat kehidupan menjadi seperti komedi yang ironis-
ReplyDeleteLalu, saat ironi kehidupan tak mampu bicara apalagi tertawa, hidup hanyalah benturan-benturan bisu dalam ceceran puzzle kenangan.
namun Dia tak akan membiarkan hati yang merindukan lentera cintaNya kesepian. dan ini bukan rahasia lagi :)
ah iya, itu bukan rahasia lagi ya mbak :)
Deleteterima kasih sudah mampir dan berbagi interpretasi.
suka deh sama tulisan ini... :D
ReplyDeleteterima kasih sudah mampir. :)
DeleteCakep, Dek! ;)
ReplyDeletesaya kak? #ehh hha
DeleteCie yang lagi jatuh cinta pasti berjuta rasanya hehehee
ReplyDeleteNiche blog :)
wah kok bisa? :)
DeleteAaah manis sekali...
ReplyDeleteYang sederhana memang selalu tidak sederhana :D
betul! hha
DeleteHal yang paling dibenci dari sebuah pertemuan adalah perpisahan~ Tapi perpisahan membuat kita merasakan manisnya rindu dan menunggu pertemuan selanjutnya ^^
ReplyDeleteiya dwee, iyaa.. :D
Deletekeren chank,
ReplyDelete"Ada saat di mana kehidupan menjadi seperti komedi yang ironis.
Di mana merindukan seseorang bahkan butuh keberanian yang lebih"