Pages

hai

30 September, 2012


Hai, kamu.
Yang segaris senyumnya selalu menjelma semangkuk antik,
tentu saja bukan salah satu koleksi kesayangan ibuku.
Karena lengkung bibirmu senilai angka delapan yang terbaring.

Hai, kamu.
Yang suaranya seperti debar hujan di musim kemarau,
tentu saja bunyinya lain dengan tik tik yang jatuh di dalam parit.
Karena gema suaramu mendesau lembut ke palung hati.

Hai, kamu.
Yang kedua bola matanya adalah tempat paling teduh di dunia,
tentu saja setelah rahim dari seorang ibu.
Karena matamu adalah rumah dari segala aku.

Hai, kamu.
Yang masih menjadi rahasia manis dari semesta,
tentu saja perasaanmu bukan sebongkah gula dalam cangkirku.
Karena semesta adalah ibu yang melahirkan setiap rasa.

pict from here