Senja dimakan waktu
18 June, 2012
“Kamu masih suka laut?” tanyamu pelan disore yang mulai berwarna keemasan dengan garis-garis pantai yang mengabur. Aku suka duduk berdua seperti ini denganmu, menghabiskan waktu lelahku sepulang bekerja sambil melihat kearifan matahari dan bulan yang bertukar waktu.
“Tentu, kenapa aku harus membencinya?”
“Bukankah laut yang membawa keluargamu pergi? Jauh, sangat jauh sampai kamu merasa sendirian sekarang.”
“Lantas, apakah aku juga harus membenci Tuhan kita? Dia yang membuat daratan punya batasan yang kita sebut laut ini, jangan bilang kamu lupa sayang”
“ .…. ”
Kamu terdiam beberapa saat, menunduk sambil menggerakkan kakimu kedepan dan belakang. Mungkin aku terlalu serius menanggapi pertanyaanmu dan membuat obrolan kita yang lepas menjadi terlalu kaku. Aku masih terdiam beberapa lama karena ingin mendengar jawabanmu.
“Bagaimana kalau kita beli es krim di sana dan melupakan obrolan barusan.” Ujung garis bibirmu melebar kesamping dan memberi tiupan lembut di mataku. Ah, kamu selalu melakukan itu kalau ingin mengalihkan perhatianku.
Kamu menarik tanganku seperti anak kecil, tentu itu caramu agar tak terlihat konyol di depanku. Tingkahmu itu selalu membuat jantungku hampir melompat keluar karena saking bahagianya. Aku jadi ingat saat kita masih kuliah dulu. Tiap kali menjemputmu di pelataran kampusmu, kamu sering berlari kecil sesambil memegangi tas ranselmu. Kamu mungkin khawatir membuatku menunggu terlalu lama. Dasar kamu memang yang terlalu baik. Sangat baik seperti biasa.
Kadang hidup memang seperti itu, selalu memberimu apa-apa yang tak pernah kita harapakan. Suka atau tidak, manis atau pahit, cepat ataupun lambat, kita akan mendapatinya kelak.
Setelah ini aku tak pernah lagi merasa sendirian. Karena kamu bersamaku, yang dengan setia menemaniku menikmati keriput di wajahku. Aku hanya ingin hidup bersamamu, selama mungkin. Kupikir Tuhan tidak keberatan dengan doaku yang satu itu. Sampai disuatu sore yang jingga nanti, kita berdua tertawa sambil menikmati teh hangat di bawah pohon jambu belakang rumah. Kita berdua, sepasang kakek nenek yang tertawa lepas melihat anak-anak kecil bermain ayunan dan perosotan.
Lagipula dari awal pertemuan kita, aku tidak ingin mencintaimu hanya karena hal-hal yang akan hilang dimakan waktu. Kalau karena hal-hal seperti itu, mungkin di usiamu yang ke-40 aku sudah punya wanita lain karena muak melihat keriput-keriput itu. Aku mencintaimu karena memang hatiku ingin, dia hanya jatuh padamu dan ingin terus bersamamu. Selalu seperti itu sampai waktu menghabis bersama kita.
Pict. from here
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
aduh, syahdunya, hahaha, sayang cerita tentang laut dan Tuhannya tidak dilanjutkan, padahal itu keren lho
ReplyDeleteWuih.. sepertinya uchank telah menjelma menjadi penulis yang profesional... keren chank... :)
ReplyDeletepas banget buat suasana hatiku yang sedang kasmaran meski tak berbalas. wkwkwk
ReplyDeletelanggeng sampe nenek dan kakek.., smg dpt pasangan hidp yg demikian ya sob.., Aamiin.. *smile
ReplyDeletemenikmati keriput di wajahku..
ReplyDeleteNonjok Chank! Keren. Makin romantis dirimu euy.. :D
Wah gue Jadi teringat masa lalu
ReplyDeleteKetika cinta menjadi sebuah makna yang tidak terlukiskan oleh kata maka dia akan abadi :-)
ReplyDeletesuka ceritanya, mengalir dan enak :D
"ayok beli es krim, tapi kamu yang traktir. aku mau yang rasa coklat" :p
ReplyDeleteso touching...Suka banget utk part yg ini: Aku mencintaimu karena memang hatiku ingin, dia hanya jatuh padamu dan ingin terus bersamamu. Selalu seperti itu sampai waktu menghabis bersama kita.
ReplyDeletepertahankan ketulusan mu, anak muda ! :D
ReplyDeleteselalu suka tulisannya uchank :)
kak, temen gue suka banget sama tulisan lo yang ini..
ReplyDelete._____.
Aku sudah suka laut, sekarang... #ehh
ReplyDeleteMaksudnya apa mbak Rie?? hehehe
DeleteBuat uchank : seperti biasanya, Postingan mu daleeemm.. sedalem sumuurrr.. hehe :D
AKu sukaaaaaaaa..
romantiiiissss, uchaaannkkk.. apalagi yang paragraf terakhir. keren keren keren b^^d
ReplyDeleteWah romantis tulisannya, serasa muda kembali hehe
ReplyDeletehehhee...jadi inget jaman dulu
ReplyDeleteaeehh... so swwiitt..... :)
ReplyDeleteaku juga ingin bersamanya, sampe maut memisahkan.. eaaa :D
keren banget kakak.. ^__^
ceritanya bagus :) sampe merinding bacanya...
ReplyDeletekenangan akan selalu kita ingat apalagi tentang orang yang kita cintai...
bagus :) bahasany ringan mudah di mengerti tapi elegant:)
ReplyDeleteromantis melo banget ni -_-"
ReplyDeletebikin meleleh #eh
:ngacir
seperti biasa uchank selalu keren dengan tulisan penuh maknanya.. hehe ^-^
ReplyDeletesambil menenteng tas ranselnya...wuihh antek ya???wkwkwk #UPSSSS
ReplyDeletesalam gan ...
ReplyDeletemenghadiahkan Pujian kepada orang di sekitar adalah awal investasi Kebahagiaan Anda...
di tunggu kunjungan balik.nya gan !
Kunci keberhasilan adalah menanamkan kebiasaan sepanjang hidup Anda untuk melakukan hal - hal yang Anda takuti.
ReplyDeletetetap semangat tinggi untuk jalani hari ini ya gan ! ditunggu kunjungannya :D
empat jempol buat nuansa yang adem ini..!
ReplyDeleteini romantis hihihih :3
ReplyDeletelama gak mampir :D
Meleleh bacanyaaaaaaaa
ReplyDeleteDuh meni romantis :::DDD
ReplyDeletewidiiih lama ga ke sini uchank semakin romantis tis tis :D
Deleteeh kok? ini kisah terlalu menyebalkan >_<
ReplyDeletekereeeeeeeeeeeeeeeeen.. sampe terbawa suasana, membayangkan masa tua bersama pasangan abadi kita. huhuhu.
keren chank. makin romantis aja ni, bagi2 tipsnya dooong :)
Saya cuma bisa berkomentar, Bisa ajari saya bersajak seperti ini? :D
ReplyDeleteevent ngeblog: menulis di blog dapet android, ikutan yuk!
aw aw aw...
ReplyDeletetolong diberi catatan dibawahnya kalau ini fiksi belaka #maksa
ini terlalu manis
dan kenapa harus tertulis dari seorang laki2 #protes
keren akh!
wow sampai setua itu masih harmonis.. indaaah..
ReplyDeleteKadang hidup memang seperti itu, selalu memberimu apa-apa yang tak pernah kita harapakan. Suka atau tidak, manis atau pahit, cepat ataupun lambat, kita akan mendapatinya kelak.
suka sama kalimat itu,,
as always, your short story is awesome!
ReplyDelete