Posts

Showing posts from 2012

perempuan pertama

Image
Ini bukan jatuh cinta pada pandangan pertama. Sungguh, aku sudah memiliki perasaan ini jauh hari sebelum kita bertemu. Engkau yang matanya menggugah semesta dalam air bah kesedihan. Engkau yang di dahinya mengalir sungai-sungai tandus yang mengukir seribu macam kisah. Engkau yang helai rambutnya berguguran bak lembaran daun yang menguning di musim kemarau. Aku tak tahu harus melakukan apa semenjak kali pertama kita bertemu. Aku tak sadar waktu itu, aku belum mengerti apa-apa. Katanya, saking bahagianya bertemu denganmu, aku sampai menangis dan memelukmu begitu erat. Orang-orang dengan seragamnya yang berbau khas sedang memperhatikan kita. Mereka tersenyum. Aku tak peduli dan tak mau tahu apa itu peduli. Aku hanya tahu, semenjak hari itu aku membutuhkanmu. Bahkan, aku tak mengerti apa itu butuh. Engkau adalah duniaku. Poros bagi segala kehidupan yang telah engkau pinjamkan atas izin-Nya. Jangan kemana-mana, tetaplah bersama kami. Lihatlah dulu anak-anakmu ini menjadi ...

catatan perjalanan: menelusuri Rammang-rammang

Image
Desa Rammang-rammang terletak di kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Saya tidak tahu harus menyebutnya desa atau dusun, sepertinya sama saja. Rammang-rammang adalah sebuah tempat yang hanya dihuni belasan kepala keluarga di sana. Tempat itu terpencil. Dikelilingi oleh lembah dan bukit yang biasa disebut karst. Satu-satunya jalan menuju tempat itu hanyalah lewat sungai menggunakan perahu kecil. Banyak turis asing yang biasanya ke tempat itu karena berseberangan dari tempat itu juga ada goa telapak tangan. Goa yang punya banyak telapak tangan orang-orang jaman dulu di langit-langitnya. Tarif turis asing menggunakan perahu kecil biasanya Rp. 50.000,00 sudah pulang pergi. Maksimal dalam satu perahu memang diisi empat orang saja. Untuk turis lokal, biasanya hanya Rp. 20.000,00 saja. Bahkan bisa gratis kalau kita kenal sama daeng yang punya perahu itu. Kalau untuk kalangan mahasiswa, daeng pemilik perahu tidak menentukan tarif, katanya seikhlasnya saja. Entah apa maksudnya. Orang-or...

pohon oak itu tabah

Image
Lelaki itu sedikit geram pada senja akhir-akhir ini. Yang benar saja, senja  selalu mengeja nama perempuan di dalam kepalanya menjadi burung gereja yang mengepak jauh. Tenggelam di kaki langit. Dia tak tahu kemana burung kecil itu akan pergi. Yang dia tahu, burung itu selalu bertengger di pohon oak di kota seberang. Itu adalah pohon yang dahannya selalu menengadahkan ranting-rantingnya ke langit. Menimang hujan sembari berdoa. Mungkin burung itu juga akan mengeram rindu di sana. Hanya butuh hitungan hari sampai akhirnya cangkang rindu itu retak dan menetas menjadi candu. Pada awalnya lelaki itu sangat bingung. Kenapa harus nama perempuan itu yang dieja senja. Padahal semenjak nama perempuan itu ada di dalam kepalanya, ia bahkan tak ingin apa-apa lagi. Mengetahui kalau mereka ada di galaksi yang sama saja sudah hampir membuatnya lupa dengan daratan. Apalagi tahu kalau mereka berdua ada di kota yang sama. Memiliki perempuan itu sepertinya akan membuat kehidupannya menjadi utuh....

serdadu-serdadu kata

Image
Beberapa cerita akan menjadi kenangan yang menggenang setelah hujan. Karena pertemuan telah membuat kita takjub pada segala kemungkinan. Lalu aku akan bercermin pada genangan itu. Menyaksikan serdadu-serdadu kata yang telah meninggal dalam perang. Yang telah kita makamkan di sebuah taman yang dihuni ribuan kupu-kupu. Lihat, bagaimana kepergian tampak indah di tempat ini. Kata-kata telah menanggalkan baju perangnya. Sunyi kemudian menyisir hujan yang berantakan hari itu. Tak usah menghardik pada jarak, ia selayaknya kita syukuri. Karena ia telah melahirkan rindu yang akhirnya harus menjadi yatim. Asalkan hidup, katanya itu cukup. Mungkin, aku juga harusnya mengambil jurusan kriptologi. Belajar tentang kode-kode rumit pada secarik kertas, manusia, dan kehidupan. Dengan begitu, aku bisa mengerti enkripsi buatan-Nya yang selalu saja abstrak. Ah, padahal aku hanya ingin mengerti jalan pikiran seorang perempuan yang menenggelamkan rembulan di matanya. Aku sudah melakukannya terlalu se...

melipat momentum

Image
Akhirnya kau melakukannya lagi. Sungguh hebat. Kau melakukan lompatan momentum yang tak pernah kupikirkan sebelumnya. Melewati segala norma. Mendobrak segala realitas. Seperti api yang mengekalkan apapun dalam ketiadaan namun disisi lain seperti air yang merakit ulang segalanya. Kau kini ada dalam kehampaan. Tenggelam bersama keterasingan yang paling manis di tepian bumi. Ada saat di mana jiwamu merasa telah menemukan 'sesuatu'. Bukan pikiranmu atau tubuhmu yang menginginkannya. Tapi kau menolaknya mentah-mentah. Seperti muntahan yang kau melihat jijik padanya, padahal itu cerminan dirimu yang lain. Kau takut pada dirimu sendiri? Atau, kau takut pada perasaan-perasaan yang memuakkan itu? Banyak sekali pertanyaan yang kita membutuhkan waktu lebih banyak untuk menjawabnya. Jangan membuang dirimu sendiri. Jangan hancurkan hatimu yang keras itu dengan palu atau bor yang terbuat dari adukan asing atau pengabaian yang menahun. Sungguh, jangan bilang kau tak mengenal fitrah Tuhan...

sepayung hujan

Image
Sejak umur sepuluh tahun saya punya pertanyaan aneh. Kenapa hujan selalu datang bersama berita duka atau kematian? Ya, saya tidak tahu kebetulan macam apa itu. Ketika ada seseorang yang meninggal di sekitar saya, hujan selalu menyapu. Di pekuburan atau di rumah duka, entah dia lebat atau hanya gerimis. Bau udara lembab yang diaduk dengan tanah, daun-daun basah, denting di atas genteng. Dan saya masih pada pertanyaan yang sama setelah semua hal itu membias. Hujan dengan suasana berkabung adalah yang paling saya benci. Kenapa Tuhan menurunkan hujan melankolis itu ketika lambaian tangan menjadi lebih pahit dari obat dokter yang berwajah masam? Saya benar-benar bingung. Apakah air mata dari yang orang-orang yang ditinggalkan memuai dan membentuk awan secepat kilat? Ataukah, hujan adalah sapu tangan langit untuk orang-orang yang kehilangan? Hujan masih terus menyapu saat tanda tanya mulai menyerbu bak serdadu di dalam kepala ini. Sekarang, saya menjadi terbiasa dengan hujan seperti i...

lelaki yang tidak konsisten

Image
Belakangan ini lelaki yang tidak konsisten itu sering sekali terbangun tengah malam. Bulan bermain di antara pukul dua dan tiga. Langit malam kemudian menjelma menjadi taman. Bintang adalah kedip lampu yang menerangi taman itu. Di sana ada Nebula yang sedang duduk di kursi perak. Matahari dan bulan bertanya-tanya tentang rindu. Lalu dia menemukan bayangan. Suasana remang di dalam kamar menjadi pameran bayangan dari segala penjuru. Bayang lampu, bayang lemari, bayang gelas di atas meja, bayang buku-buku yang menumpuk, dan juga bayang titik-titik cahaya yang mengintip lewat ventilasi. Ini adalah galeri bayangan pribadi miliknya. Hanya miliknya seorang, tak ada yang akan akan dijual. Lagi pula, mana ada yang mau membeli bayangan. Mungkin hanya orang yang sangat kesepian yang ingin membelinya. Barangkali untuk menjadikannya teman. Lelaki itu benci bangun di tengah malam. Karena di saat seperti itu pikirannya akan dipermainkan oleh hening. Entah hening akan menyembunyikannya di mana....

hai

Image
Hai, kamu. Yang segaris senyumnya selalu menjelma semangkuk antik, tentu saja bukan salah satu koleksi kesayangan ibuku. Karena lengkung bibirmu senilai angka delapan yang terbaring. Hai, kamu. Yang suaranya seperti debar hujan di musim kemarau, tentu saja bunyinya lain dengan tik tik yang jatuh di dalam parit. Karena gema suaramu mendesau lembut ke palung hati. Hai, kamu. Yang kedua bola matanya adalah tempat paling teduh di dunia, tentu saja setelah rahim dari seorang ibu. Karena matamu adalah rumah dari segala aku. Hai, kamu. Yang masih menjadi rahasia manis dari semesta, tentu saja perasaanmu bukan sebongkah gula dalam cangkirku. Karena semesta adalah ibu yang melahirkan setiap rasa. pict from here

capung dalam toples

Image
Beginilah ia musim kemarau. Tak ada hujan ataupun gerimis yang berani menyapa hanya untuk sekedar basa-basi. Capung-capung bermigrasi dari tempat yang tak pernah kita ketahui. Apakah mereka datang memeluk kunang-kunang karena takut gelap di malam hari, atau mungkin juga mereka penumpang gelap di punggung kura-kura tua saat kelelahan. Aku ingat pernah mengunjungi masa kecilmu. Dalam sebuah mimpi yang kutahu itu bukanlah bunga tidur saat aku bosan dengan dunia nyata. Rambutmu yang sebahu dikepang dua dengan ikat rambut yang terbuat dari rumput yang kau ambil dari taman. Kau memakai baju putih dengan gambar bunga matahari, celana hitammu terlihat kotor karena lumpur. Tak jauh dari taman itu ada sawah dengan padi yang menguning. Para petani memakai masker yang kita suka, senyum bahagia. Aku menarik tanganmu yang mungil, kau pun menyambutnya dengan baik. Kita kemudian berlari mengejar capung-capung yang bergumul di pematang sawah. Itu sore yang jingga. Kita hampir tertipu dengan gradasi ...

Hujan yang tak mengenal musim

Image
Hei, kemarin aku bertemu Sunyi. Katanya ia rindu padaku, aku hanya tersenyum. Sudah lama ia tak menyapa dan menemaniku di dalam kamar, bahkan kami pernah tertawa bersama di pesta yang ramai. Sunyi, ia memang teman yang baik tapi sayangnya sahabat yang buruk. Aku pernah bertengkar dengan Sunyi tentang siapa diantara kami yang lebih mengenal Hampa. Terang saja aku mengenal Hampa. Seingatku, kami bertemu bulan April yang lalu. Bulan di mana semua kesedihan bertiup dari barat, tapi tanpa kusadari ternyata bahagia juga jatuh dari langit. Aku baru menyadarinya belakangan.Ternyata aku terlalu intim melihat hal-hal yang ada di luar, tapi tak pernah mau melihat kedalaman sebuah kejadian. Hampa, ia ngotot menemaniku saat itu. Hari itu juga ia mengenalkanku pada Sunyi. Tapi aku tidak ingin membahas tentang Sunyi dan Hampa. Mereka sahabat yang buruk untuk orang sepertiku. Aku sedang ingin membicarakanmu, Hujan. Tapi sebelumnya, terima kasih telah mengusir mereka. Hujan, tahukah kau saat per...

burung di pohon purba

Image
Beberapa hari ini sering kudapati dirimu di depanku, terperangkap dalam sebuah cermin maya. Entah kenapa namamu sering ada di sana, menggelantung di pohon purba dimana seekor burung biru bertengger. Ia menari-nari, membuat sarang, lalu bercerita tentang hidup orang-orang yang lalu lalang di pohon itu. Burung biru itu begitu cerewet, mungkin mengalahkanmu. Pernah kudapati seorang perempuan memaki dan meluapkan kesalnya yang menggunung pada burung biru itu. Katanya ia punya masalah dengan suaminya dan seluruh bumi harus tahu itu. Burung biru itu jadi pelampiasannya agar ia menceritakannya pada orang-orang yang lewat bagaimana tabiat suaminya, perempuan itu sepertinya sedang kesurupan. Tak ada yang benar-benar peduli pada masalahnya, orang-orang hanya penasaran bagaimana kelanjutan konfliknya. Tiap hari burung biru itu bercerita, orang-orang yang lewat begitu khusyuk mendengarkannya. Ada yang percaya, ada yang menganggapnya pembual, ada  juga yang berdebat kemudian bercocok benci...

Surat untuk Fitri

Image
Fitri, aku tak tahu alasan yang pasti kenapa harus menulis surat ini untukmu. Beberapa hal dalam hidupku memang selalu kutuliskan, tak terkecuali tentangmu. Maafkan aku kalau burung hantu yang membawa surat ini tiba-tiba mematukmu, itu hanyalah caranya memastikan kalau kau adalah penerima surat yang tepat. Itu juga memastikan kalau sebenarnya kau masih terjaga, sedang tidak bermimpi. Aku tak tahu sudah berapa lama kita tidak bertemu, dalam hal tertentu aku ini sebenarnya orang pemalas. Aku malas menghitung waktu Fitri. Itu adalah pekerjaan paling sia-sia dan memuakkan. Aku pernah sekali melakukannya dan kudapati jantungku berdegup dengan ritme yang tidak wajar. Karena dalam setiap waktuku yang kosong tanpamu, rinduku berkali lipat. Seseorang pernah memberi tahuku tentangmu Fitri, katanya kau paling suka dengan bulan Agustus. Karena ia adalah bulan cinta pertamamu. Terlalu banyak hal yang membuatmu mencintai bulan Agustus, salah satunya adalah suasananya. Jalan-jalan yang sepi, rum...

Hujan kalian

Image
Hari itu kita melakukannya lagi, saling menunggu bersama cemas yang dari tadi terus meleleh karena matahari. Yah, memang siang itu matahari terlihat lebih nakal dari biasanya. Itu wajar, ia mungkin tersinggung karena kita yang hampir-hampir menyainginya, melupakannya, bahkan membuatnya terlihat tak ada apa-apanya dibanding semangat kita yang terus meluap siang itu. Semangat, kata yang begitu klise untuk sebagian orang. Tapi kalian membuktikan satu hal padaku, semangat seperti itu bukanlah hal kecil yang membuat semuanya terlihat biasa-biasa saja hari itu. Kalian itu seperti pohon-pohon rindang yang menyejukkan sepanjang perjalanan, sekumpulan awan di siang hari, atau payung yang bertebaran sepanjang pantai. Siang itu saya pertama kali bertemu dengan seseorang yang mungkin punya segunung semangat di meja makannya, katanya dia menunggu dari tadi. Entah berapa kantong semangat yang dibawanya. Kupikir cemasnya sudah meleleh sejak melihatku, setidaknya dia sudah tidak merasa sendiri lag...

kota yang menampung mimpi

Image
Kau mungkin tak akan pernah peduli bagaimana saat pertama kali kita bertemu. Seperti pagi yang tak pernah kau pikir kenapa ia terus datang padahal malam selalu tampak lebih puitis daripada puisi manapun. Ia juga lebih sunyi dalam keheningan di langit-langit kamarku. Semua orang tetiba saja melupakan dunia yang penuh dengan kesibukan, pertengkaran dan perdebatan tentang kebenaran. Apakah kau mengingatnya? Hari itu, seekor laba-laba seperti sedang membuat jaring-jaring cahaya di antara kau dan aku. Aku terperangkap di jaring itu sambil memperhatikanmu di seberang sana. Laba-laba itu hanya diam dan memberiku pertanda bahwa aku aman, aku boleh memandangmu berlama-lama tanpa ketahuan olehmu. Aku hanya mematung di sana, membiarkan kornea mataku merekam sebuah efek visual yang membuat hatiku merasa nyaman. Aku tak pernah berpikir sejauh ini. Bahwa kau dan aku akan menjadi teman yang saling membutuhkan, kau butuh keterampilanku yang selalu membuat bibirmu melengkung ke atas seperti mangku...

semacam itu sajalah

Image
Rindu adalah badut yang bermain di sebuah karnaval dengan gembira.  Ia tak pernah tahu seberapa lucunya atau semenakutkan apa dirinya sendiri. Bagaimana hidung bulat merahnya itu membuatmu tertawa,  atau senyum dingin dengan garis merah yang lebar itu menyeringai: seperti joker.  Tapi ia adalah rindu yang kita tunggu-tunggu.  Apakah kau akan tesenyum atau murung karenanya, akupun masih bertanya-tanya. *** Take me where I've never been Help me on my feet again Show me that good things come to those who wait...

lebih lama bersamaku saja

Image
Aku menikmati pemandangannya sore itu, di balik kaca jendela bus yang sedang beradu dengan waktu. Pohon-pohon yang bergerak seperti slide dalam presentasiku, angin yang tidak begitu ramah dan juga hujan yang ramai. Kaca jendelanya rusak, tak bisa tertutup. Untung saja aku suka hujan, walaupun kelihatannya sangat aneh berbasah-basah seperti itu di dalam bus. Kau tahu kan, di luar sana banyak orang yang katanya sangat suka dengan hujan. Tapi saat hujan turun, mereka malah mencari payung atau berteduh di amperan toko. Aku ini suka dengan hujan, seperti menyukai musim semi. Apa lagi hujan pertama setelah berbulan-bulan, pasti aku akan sengaja keluar membeli sesuatu dengan motor dan menyembunyikan mantel di kolong tempat tidur. Aku bahkan mengendarai motor di jalan raya tanpa helm, tak peduli lagi dengan aturan yang ada. Yah, mungkin di titik itu aku tidak menyukai hujan, tapi lebih dari itu. Seperti inilah orang yang sedang kasmaran, tak peduli dengan apapun. Bahkan dengan logika oran...

cerita malam di taman kota

Image
Ada seorang  sedang menyisiri jalan yang remang-remang di tengah kota. Berbicara pada malam yang redup, jangkrik yang begitu berisik, dan lampu kedap-kedip yang berbaris rapi seperti semut. Ada senja yang terpelihara di matanya, wajahnya datar menggambarkan mimik lukisan monalisa berabad lalu. Mimpinya baru saja diterbangkan kupu-kupu, terselip di antara sayapnya yang bercorak. Bukan, dia tidak sedang meratapi kehidupannya. Ia hanya mencoba menjadi lilin di tengah kegelapan, tanpa korek api. Dia hanyalah lelaki yang terlalu naif untuk mencuri cahaya dari kunang-kunang. Mungkin dipikirnya duduk di lampu sorot sebuah taman kota lebih baik dari itu. Dipikirnya tak ada yang salah dari menunggu hujan seribu cahaya di pagi yang buta. Sampai disepertiga malam, senja di matanya sudah sangat matang. Angin malam hanya memeluk tubuhnya yang ringkih seperti selimut tebal. Ada bualan-bualan sinis dari gesek rumput yang bergoyang bak penari  latar. Tak kalah juga dengan suara burung ha...

pikirkan saja bahagia kita

Image
Apa yang kamu rasakan waktu pertama kali jatuh cinta? Pasti rasanya begitu hebat, seperti ada sebuah tank di dalam hatimu yang sedang menembakkan peluru besinya ke udara. Bumm! Bumm! Gemuruhnya sampai naik ke kepalamu. Ataukah seperti ada sebuah karnaval di dalam sana, banyak hal menyenangkan yang bisa kamu lakukan. Ah, bahagianya. Tapi kemudian perangnya semakin besar, tankmu rusak dan berkarat. Karnaval yang tadi meriah, sekarang harus gulung tikar karena tidak ada pengunjung. Awalnya kamu sudah tahu akan terjadi hal demikian, tapi kamu masih mengira-ngira. Hatimu hancur sejadi-jadinya, pasti dunia seperti mau runtuh saat itu. Seberapa pun kamu menahan sakitnya, kamu butuh waktu untuk menambal lukanya. Kalau kamu gampang menjahit sebuah luka dan kembali menjatuhkan hati pada seseorang. Itu bukan hatimu yang murahan, kamu hanya terlalu baik untuk melihat keburukan dari seseorang. Kamu terlalu gampang memaafkan dan sulit untuk membenci. Lakukan itu terus sampai kamu menemukan yang...

matahari, embun, dan daun

Kamu pernah mendengar kisah tentang embun dan daun? Ya, itu cerita yang sudah lama sekali, cerita yang cukup singkat dan entah siapa yang memulainya. Aku akan menceritakannya dengan kalimat sederhana sebisa mungkin. Entah kapan terjadinya, matahari pernah merasa kesepian. Ia tak pernah benar-benar menemukan hal yang membuatnya bahagia atau membuat hatinya tenang. Sudah berabad-abad tak ada yang bisa menarik perhatiannya. Ia merasa bosan dengan rutinitasnya setiap hari, tanpa pernah ada yang membuatnya semangat untuk menunda-nunda sebuah hari. Suatu hari, ia melihat hal yang tidak biasa. Di tanah yang gersang, ada sebuah pohon yang tumbuh dengan hanya sekuncup daun yang tersisa. Ia heran, kenapa daun itu masih bisa hidup, padahal tanah itu begitu gersang. Matahari terus memperhatikan, dan mengawasinya karena begitu penasaran. Siang, sore, sampai senja hanya setitik di ujung garis pantaipun ia tetap memperhatikan daun itu. Kemudian saat matahari tertidur dengan pulasnya, embun itupu...

pengelana yang linglung

Image
Aku ini pengelana yang tersesat di dalam hatimu, bajuku compang-camping, bauku tak karuan: rasanya sudah lama aku tidak mandi karena perjalanan membingungkan ini. Itu karena di dalam sini tak ada sungai ataupun danau yang bisa kutempati mandi. Ketika haus, aku hanya menunggu embun santun di pagi buta sebelum cahaya meminumnya pada segelas daun. Ketika lapar, aku hanya melumat rindu yang kutaburi harapan. Remahnya kusisakan untuk semut-semut hitam yang menemaniku. Rupa-rupanya aku sudah berjalan sangat jauh, kakiku lecet, kaos kakipun sudah berbau aneh. Sol sepatuku juga mulai menganga seperti ingin bercerita tentang masa lalunya. Aku memutuskan berhenti sebentar di bawah pohon rindang, berbaring sejenak lalu membuka alas kakiku yang tak layak lagi. Sekarang, aku berjalan dengan kaki telanjang. Untung saja hamparan rumput ini begitu ramah padaku. Waktu ternyata tak mau menungguku di dalam sini, rasanya ia terlalu terburu-buru. Seperti dikejar anjing di depan pagar tetanggaku yang ...

entah dimana dan kapan

Image
Suatu hari entah dimana dan kapan, kamu akan menjatuhkan hati (lagi) kepada seseorang. Mungkin kalian kebetulan dipertemukan di kelas, di pinggir jalan, di kantor, atau bisa saja di tempat tak terduga lainnya. Di jantungmu seperti ada petasan yang sedang meledak-ledak, atau rasanya seperti punch bag yang dipukul seorang petinju secara beruntun. Rasanya sedikit tidak mengenakkan, tapi lucunya kamu ingin mengulang perasaan itu sepanjang hari. Suatu hari entah dimana dan kapan, kamu akan berpisah dengan seseorang. Mungkin karena orang itu sudah mendapat tempat yang lebih baik di bagian bumi lain. Bisa juga di hati yang lain, universitas, instansi, kota, negara, atau karena Tuhan begitu sayang padanya. Jantungmu diuji lagi kali ini. Hatimu menjadi seperti puzzle yang potongan-potongannya mulai hilang, detak jarum jam juga terasa lebih keras berkali lipat. Aneh memang, tapi kamu harus yakini ini, kalian akan bertemu lagi dalam kebetulan ataupun kesengajaan. Suatu hari entah dimana dan...

Kita ada di pelabuhan

Image
Kamu pernah meninggalkan ibumu sendiri karena punya alasan yang tepat? Aku pernah melakukannya, meninggalkan ibuku sendirian di tempat asing. Bukannya untuk sementara, sehari ataupun menahun, tapi selama-lamanya. Aku pernah protes ke Tuhan karena hal ini. Kenapa takdir begitu pelit pada kami? Kenapa Tuhan merencakan semua perpisahan ini begitu rapi? Kalau boleh aku ingin membenci saudara-saudaraku, mereka lebih dulu meninggalkan ibu. Padahal ibu sudah merawat mereka dengan baik. Tapi mereka malah pergi tanpa memikirkan perasaannya, mungkin aku terlalu sensitif di bagian itu. Ibu begitu baik pada kami; bahkan terlalu baik, penyayang dan sering membuatku tertawa. Ibu sama halnya seperti malaikat yang punya tempat khusus di dalam hatiku, menghangatkan. Kata ibu, dia menyayangiku dan bahagia punya anak sepertiku yang begitu keras kepala. Tapi dia juga masih tetap menyayangi saudara-saudaraku yang lain, yah walaupun mereka sudah pergi lebih dulu. Terkadang aku juga merindukan mereka. A...

Kepada hati untuk otak

Image
Apa kabarmu di atas sana? Aku harap, kau masih baik-baik saja di sana. Yah, walaupun memang semua tidak harus berjalan baik-baik saja, tapi aku harap kau masih bisa bangkit saat semua menjadi seperti yang tak kau harapkan. Aku percaya, kau selalu bisa melakukan itu. Entah kenapa aku ingin menulis surat untukmu, bukan bermaksud apa-apa. Hanya saja, ini mungkin bentuk kerinduanku padamu. Yah, dalam bentuk yang lebih nyata. Kau bisa mengolah tiap katanya dan merasakan kerinduan yang kurasakan sekarang ini. Lagipula, aku ingin lebih dekat dengamu agar bisa mengerti jalan pikirmu itu. Aku punya beberapa hal untukmu, untuk kita mungkin. Hal pertama. Kau masih menyimpan rasa itu? Rasa yang pernah kita miliki bersama, dimana kita mencintai seseorang sampai tenggelam ke dalamnya: sayangnya tanpa pelampung. Untung saja, kau bisa mengendalikan situasinya. Kau menikmati alirannya, tapi juga menyiapkan dirimu saat hampir tenggelam terlalu dalam. Terimakasih sudah menyelamatkanku waktu itu,...

Rumitnya kita itu

Image
Akhir-akhir ini aku terlalu banyak berpikir tentang macam-macam. Sudut kamar yang tak pernah mandi dengan cahaya pagi, bau ilalang di balik pagar tetangga, semangkuk air hujan di daun talas pekarangan rumahku dan langit yang menanam berhektar awan. Yang terakhir itu begitu manis akhir-akhir ini, apa lagi dipukul setengah enam sore. Melankolis katamu. Aku juga sempat memikirkan cinta. Ah, lagi-lagi kau mengingatkanku tentang cinta. Lantas, apa yang harus kukatakan lagi tentangnya? Kau sudah begitu tahu luar dalamnya. Bagaimana hatimu tiba-tiba menjatuhkan diri, kemudian terluka, dan suatu hari sembuh lagi. Lalu, kenapa aku harus memikirkannya untukmu? Kenapa kau tak memikirkannya sendiri saja, agar kelak kau bisa menceritakan tentang biasnya, letupnya, dan kiranya itu hanya kabut di pagi yang gerimis. Lagi pula, kenapa kita harus memikirkan tentang cinta melulu? Kenapa bukan cinta saja yang memikirkan kita, sesekalipun tak apa, agar dia tahu bagaimana rumitnya berpikir seperti ini....

Senja dimakan waktu

Image
“Kamu masih suka laut?” tanyamu pelan disore yang mulai berwarna keemasan dengan garis-garis pantai yang mengabur. Aku suka duduk berdua seperti ini denganmu, menghabiskan waktu lelahku sepulang bekerja sambil melihat kearifan matahari dan bulan yang bertukar waktu. “Tentu, kenapa aku harus membencinya?” “Bukankah laut yang membawa keluargamu pergi? Jauh, sangat jauh sampai kamu merasa sendirian sekarang.” “Lantas, apakah aku juga harus membenci Tuhan kita? Dia yang membuat daratan punya batasan yang kita sebut laut ini, jangan bilang kamu lupa sayang” “   .….  ” Kamu terdiam beberapa saat, menunduk sambil menggerakkan kakimu kedepan dan belakang. Mungkin aku terlalu serius menanggapi pertanyaanmu dan membuat obrolan kita yang lepas menjadi terlalu kaku. Aku masih terdiam beberapa lama karena ingin mendengar jawabanmu. “Bagaimana kalau kita beli es krim di sana dan melupakan obrolan barusan.” Ujung garis bibirmu melebar kesamping dan memberi tiupan lembut di...

melihatmu bahagia selalu

Image
Aku masih sibuk dengan hobiku sedari beberapa jam yang lalu, memperhatikanmu. Ah itu, aku senang melihatmu seperti itu. Matamu yang menyipit karena tersenyum sambil bercanda dengan penata busanamu, wajahmu yang sumringah dan suara tawamu yang menyengat kupingku, bahagianya. Gaunmu itu pasti pilihanmu sendiri, aku tahu motif favoritmu dan warna kesukaanmu yang masih saja itu. Hari ini hari bahagia kita. Iya, rasanya aku ingin mengatakannya dengan lantang saat ini. Kenapa aku bisa sebahagia ini? Aku memperhatikan lagi setelan jasku sendiri, serba hitam seperti pemeran utama film Man In Black. Ah ini, aku lebih berwibawa rasanya. Tapi jantungku terasa aneh, kenapa detaknya berbeda? Tak seperti yang kubayangkan. Keluarga besarmu juga datang, mereka pasti bahagia, bisa kulihat dari binar mata mereka. Kamu tak mendengar doa-doa yang manis itu? Yang mengharapkanmu bahagia dari lubuk hati mereka yang bahkan hanya Tuhan yang tahu dalamnya. Apa lagi dua saudara perempuanmu yang tersenyum men...