Tentang kota rimba

Sudah berapa lama saya tidak menulis? Eh baru juga beberapa hari sudah kangen sama blog cacingan ini.Rasa-rasanya saya sudah tidak normal karena kangen dengan sebuah tempat di dunia maya.

Ya beberapa hari ini saya ada di luar terus,dekat dengan alam mengikuti kegiatan kampus.Harus menginap dua hari tiga malam dan ikut beberapa kegiatan yang saya pikir sangat seru dan mengesankan,otomatis saya tidak bisa menulis dan blog walking dengan bebas.apa lagi ngasih tanda tangan

Kemarin sih sebenarnya ada rencana ke jakarta mengikuti sebuah kegiatan tapi harus saya batalkan karena ingin ikut naik gunung bersama teman-teman bloofers :)

Tapi sayang seribu sayang memang,lagi-lagi rencana untuk mendaki gunung tanggal 28 nanti juga dengan berat hati saya batalkan karena ada kegiatan kampus dari sebuah S.C yang wajib saya ikuti dan harus menginap lagi tiga hari dua malam.( Behh kapan saya jadi sok sibuk begini yah )

Dipikir-pikir hobi saya kok suka ngebatalin sesuatu yah ? Ah Tidak!! Jangan sampai nanti saya ngebatalin rencana married! Eh gak nyambung,masih lama woy! 

Entah saya kesurupan apa kali ini,tapi tiba-tiba pikiran yang kacau ini menumpahkan sajak yang amburadul seperti ini.

Selalu seperti itu ketika siang

Hamparan manusia memenuhi jalan-jalan kota

Seperti segerombolan semut yang bahu-membahu

Tapi lihatlah sedikit lebih dekat dan 

Ah lagi-lagi fatamorgana diterik siang

Mereka ternyata tak lebih dari segerombolan kerbau

Yang saling tanduk menanduk 

Hanya untuk bisa dianggap terhormat dan terpandang

Padahal Kelinci-kelinci kecil malang di sudut jalanan

Sedang mencari-cari sang beruang yang dermawan

Kelinci tua yang tubuhnya kekurangan bahanpun

Tak kalah gencar berusaha menemukannya

Apakah ini salah tikus-tikus rakus di atas sana ?

Omnivora,itulah kata mereka tentang sang tikus

Selalu bersikap apatis dan seakan-akan tak tahu

tentang nasib si kelinci yang lebih putih dari mereka.

Kemana lagi kelinci malang itu harus pergi

Sang raja singa hanya sibuk mengurusi kelompok elitnya

Berkoar-koar seperti ayam dipagi hari

Dan diam seperti rubah licik dimalam hari...

Burung-burung hantu berkacamata terlihat sibuk menimba ilmu

Menunggu sang tua terpelajar di koridor

Abu-abu,itulah yang didapatkan mereka di ruang intelek itu
 Burung hantu tak peka lagi pada suara kelinci yang malang

Tempat ini bukan lagi sebuah kota,tapi hutan rimba

Yang kuatlah yang akan bertahan hidup. . .

Kelinci-kelinci tak berdaya bertanya-tanya tentang

Sang kerbau yang selalu menyudutkan kawanannya.

Beberapa serigala penegak keadilan

Ternyata sedang makan bangkai dengan si tikus tadi

Tidak heran melihat mereka begitu akrab sambil

Mengatur rencana busuk tentang kota ini.

Apakah mereka lebih hina dari si babi pemalas
Yang bermain di atas lumpur kotor ?
Kalian ada dimana ?
Tanya kelinci malang dalam irisan angin malam. . .