si penjual pastel a.k.a jalangkote

Sekarang saya mau menulis bebas lagi(eh biasanya juga bebaskan).Mungkin kali ini tulisannya agak serius,tapi gak serius-serius amat kok.Saya gak suka terlalu serius juga,hehe Tapi suer yah,kodok bukan mau sok ngajar atau sok apalah.si kodok cuma mau menulis . . . oh iyah perlu diklarifikasi bahwa saya menulis semua yang dibawah ini dalam keadaan sehat walafiat,tidak sedang kesambet sesuatu ataupun dalam keadaan terhipnotis.Percayalah!

Saya melihat lagi sosok yang bersahaja itu berjalan dengan badannya yang agak bungkuk sambil membawa keranjang.Dia seorang bapak tua.Namanya ? Saya malu menanyakan nama beliau,saya hanya memanggilnya pak dan pak saja.Saya rasa itu sudah cukup akrab kalau di lihat dari perbedaan usia kami yang mungkin berbeda 40 tahun.Beliau seorang penjual jalangkote/pastel keliling,beliau tidak terlalu banyak bicara tapi sangat ramah dan murah senyum,Gaya khas beliau tiap jalan hanya melihat ke tanah saja dan agak sedikit membungkukan badan,mungkin ini pengaruh umur.dia memakai peci warna hitam dan saya lihat sering memakai baju dengan warna yang itu-itu saja.Warna kulitnya cukup cerah dan agak putih.

jalangkote alias pastel

 Beliau sering berkeliling di sekitar rumah saya setiap sorenya menjajakan jalangkotenya.Suara khas beliau yang tidak cukup keras menjadi pertanda bahwa dia sedang lewat di depan rumah.Kadang saya memanggilnya bukan berniat untuk makan jalangkotenya,tapi hanya ingin mengenal sosok beliau yang bersahaja itu saja.

Saya sempat sedikit berbincang-bincang dengan bapak penjual jalangkote itu di waktu sore,perbincangan kami tidak banyak.

“Pak jalangkotenya enak yah,harganya juga murah”
“iya dek,lumayan tambah yah hehe”

“Bapak orang baru yah di daerah sini?sudah lama pak jualan?”

Dengan wajah ramah dan penuh senyum bapak ini duduk.

“Tidak juga dek,bapak sudah lama di sini mungkin adek saja yang jarang melihat bapak”

“Oh iyah pak,ini jalangkotenya punyanya keluarga yah pak?”

“bukan dek,ini punyanya orang,bapak Cuma bantu jualkan saja hehe”

“Oh dibayar berapa pak kalo habis terjual ? maaf yah pak kalo saya banyak nanya”

“Ndak papa dek,keuntungan bapak di hitung dari berapa yang laku.1 jalangkote bapak dapat 50 rupiah”

Tersentak dalam hati saya kaget sekali mendengar kata 50 rupiah itu.Subhanallah

“50 perak pak ? jadi kalo semua ini laku biasanya bersihnya dapat berapa pak?”

“Alhamdulillah kalau laku semua dek biasanya bapak di upah 5 ribu dari yang punya”

“Jadi bapak disini tinggal dimana ?”

“di pertigaan sana dek,biasanya di pos ronda”

Saya lupa selanjutnya bicara apa sama beliau ini,Rasanya saya tidak tega terlalu banyak tanya sama beliau.Tapi benar-benar deh hari itu saya belajar hal yang gak tau saya mau sebut apa.

Saya belajar dari orang seperti bapak ini tentang rasa mensyukuri hidup dan tidak menyerah dengan keadaan seperti apapun.Di umurnya yang seperti itu dan keadaan dimana tidak punya tempat berteduh dan beristirahat dengan tenang beliau masih bekerja keras,berkeliling untuk menjajakan jalangkotenya.

Kalau kalian melihat senyum bapak ini,mungkin kalian juga akan berpikiran sama seperti saya

“Dengan cobaan hidup seperti itu,mengapa orang ini masih bisa seperti ini?serasa seperti tidak ada beban yang menopang pundaknya”

Menjalani hidup dengan ikhlas,tulus,dan tidak menyerah dengan keadaan walau seperti apapun keadaan menjepitnya,membantingnya,memojokkannya.

Kekayaan yang sesungguhnya adalah ketika kita selalu bisa mensyukuri hal-hal kecil.

Banyak kok orang di luar sana yang punya uang banyak tapi toh hidupnya gak bahagia,dikejar-kejar utang juga,terlibat penipuan dan macam-macamlah pokoknya.

Padahal,saya sering mengeluh ketika hal-hal kecil terjadi dalam kehidupan saya.Seperti saat listrik mati,ban bocor,cuaca yang tidak mendukung ataupun saat terjadi sebuah masalah di rumah.Dan kalau dipikir-pikir lagi,masalah itu adalah hal yang wajar,bener gak ? Setiap orang di luar sana pasti memiliki masalahnya masing-masing dan hanya mereka sendiri yang bisa menyelesaikan masalah mereka itu.Tentu saja iya !

“Tidak ada satupun manusia di dunia ini diberikan cobaan di luar kemampuannya”

Semua sudah diatur,kecuali reaksi kita terhadap masalah itu.Kita sendirilah yang mengaturnya.kita mau bereaksi dengan tenang atau meledak bersama masalah itu juga terserah kita.Pilihlah reaksi yang menurut kita baik dan menguntungkan diri kita.Kalian tahukan yang saya maksud dengan"baik"?

Dan benar deh,hadapi saja semua masalah itu dengan senyuman,walaupun kamu pikir itu tidak membantu,setidaknya dengan senyum,kita akan merasa dan terlihat lebih kuat menghadapi masalah yang datang bergantian dalam hidup kita.Namanya juga hidup,pasti ada masalah sebagai bumbu kehidupan.Mau gak punya masalah ? Tuh di kuburan sana,Gak ada masalah kalau kita punya catatan hidup yang baik.

Berkacalah pada mereka yang kurang beruntung,mungkin kau akan mendapatkan sesuatu :")