Pages

Soe Hok Gie dan kupu-kupu

15 August, 2011

Ada yang pernah nonton filmnya gie atau membaca bukunya ?

Saya salah satu penggemar dan pengagum pemikiran beliau tentang negeri ini dan semua hal yang ada di dalamnya.
saya cuma mahasiswa biasa yang kerjanya kupu-kupu ( kuliah pulang-kuliah pulang *sudah tahukan alasan kenapa judulnya seperti itu hahaha).Ikutin organisasipun juga cuma satu,Loh ? bagaimana mungkin saya bisa menjadi penggemar berat seorang aktivis seperti gie ?
Bisa saja...memangnya dengan menjadi penggemar berarti harus mengikuti semua hal yang dilakukan orang yang kita kagumi? belum tentu juga sih.kecuali keteladanan mungkin akan beda lagi pembahasaannya.
Adalah hal yang sangat wajar,kalau sebagian mahasiswa terkagum-kagum pada sebagian aktivis yang kata mereka adalah intelektual kampus,Tidak sedikit dari teman-teman saya(mahasiswa yang bukan aktivis) mencoba meniti karir untuk menjadi aktivis kampus.Tapi saya? Entah kenapa masih betah menjadi mahasiswa yang kerjanya cuma kupu-kupu.
Kata "aktivis kampus",sendiri sering jadi dilema bagi mereka yang dipanggil aktivis.Adakalanya mereka dipuja dan ada kalanya mereka di hina.Mereka dianggap sebagai pahlawan kalau mereka berhasil,Kalau tidak berhasil ia malah mendapatkan cacian,hinaan bahkan sering dianggap sebagai penghianat perjuangan.


Gie adalah seseorang yang rajin mendokumentasikan kehidupannya dalam sebuah buku harian.
Gie dikenal sebagai penulis produktif di beberapa media massa, misalnya Kompas, Harian Kami, Sinar Harapan, Mahasiswa Indonesia, dan Indonesia Raya. Sekitar 35 karya artikelnya (kira-kira sepertiga dari seluruh karyanya) selama rentang waktu tiga tahun Orde Baru, sudah dibukukan dan diterbitkan dengan judul Zaman Peralihan (Bentang, 1995).
Saya sudah beberapa kali nonton filmnya,tetap saja masih miris memikirkan gie yang mati sia-sia di atas gunung karena keracunan gas beracun bersama sahabatnya.

Saya suka tulisan-tulisan Soe Hok Gie dan quote-quotenya.
Ini dua dari beberapa puisi beliau:
Sebuah Tanya
“akhirnya semua akan tiba
pada suatu hari yang biasa
pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
apakah kau masih berbicara selembut dahulu?
memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
sambil membenarkan letak leher kemejaku”
(kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, lembah mendala wangi
kau dan aku tegak berdiri, melihat hutan-hutan yang menjadi suram
meresapi belaian angin yang menjadi dingin)
“apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
ketika ku dekap kau, dekaplah lebih mesra, lebih dekat”
(lampu-lampu berkelipan di jakarta yang sepi, kota kita berdua, yang tua dan terlena dalam mimpinya. kau dan aku berbicara. tanpa kata, tanpa suara ketika malam yang basah menyelimuti jakarta kita)
“apakah kau masih akan berkata, kudengar derap jantungmu. kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta?”
(haripun menjadi malam, kulihat semuanya menjadi muram. wajah2 yang tidak kita kenal berbicara dalam bahasa yang tidak kita mengerti. seperti kabut pagi itu)
“manisku, aku akan jalan terus
membawa kenangan-kenangan dan harapan-harapan
bersama hidup yang begitu biru”

—————————————————————
ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke mekkah
ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di miraza
tapi aku ingin habiskan waktuku di sisimu sayangku
bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu
atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah mendala wangi
ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di danang
ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra
tapi aku ingin mati di sisimu sayangku
setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya
tentang tujuan hidup yang tak satu setanpun tahu
mari, sini sayangku
kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku
tegakklah ke langit atau awan mendung
kita tak pernah menanamkan apa-apa,
kita takkan pernah kehilangan apa-apa”
(Selasa, 11 November 1969)


  • Pertanyaan pertama yang harus kita jawab adalah: Who am I? Saya telah menjawab bahwa saya adalah seorang intelektual yang tidak mengejar kuasa tapi seorang yang ingin mencanangkan kebenaran. Dan saya bersedia menghadapi ketidak-populeran, karena ada suatu yang lebih besar: kebenaran.
  • Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.
  • Saya memutuskan bahwa saya akan bertahan dengan prinsip-prinsip saya. Lebih baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikan.
  • Mimpi saya yang terbesar, yang ingin saya laksanakan adalah, agar mahasiswa Indonesia berkembang menjadi "manusia-manusia yang biasa". Menjadi pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi yang bertingkah laku sebagai seorang manusia yang normal, sebagai seorang manusia yang tidak mengingkari eksistensi hidupnya sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang pemuda dan sebagai seorang manusia.
  • Saya ingin melihat mahasiswa-mahasiswa, jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani menyatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan apapun.
  • Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi dan lain-lain. Setiap tahun datang adik-adik saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi.
  • Bagiku perjuangan harus tetap ada. Usaha penghapusan terhadap kedegilan, terhadap pengkhianatan, terhadap segala-gala yang non humanis…
  • Kita seolah-olah merayakan demokrasi, tetapi memotong lidah orang-orang yang berani menyatakan pendapat mereka yang merugikan pemerintah.
  • Bagi saya KEBENARAN biarpun bagaimana sakitnya lebih baik daripada kemunafikan. Dan kita tak usah merasa malu dengan kekurangan-kekurangan kita.
  • Saya tak mau jadi pohon bambu, saya mau jadi pohon oak yang berani menentang angin.
  • Saya putuskan bahwa saya akan demonstrasi. Karena mendiamkan kesalahan adalah kejahatan.
  • Saya kira saya tak bisa lagi menangis karena sedih. Hanya kemarahan yang membuat saya keluar air mata.
  • Bagiku ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan: dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan.

  • Saya tak tahu mengapa, Saya merasa agak melankolik malam ini. Saya melihat lampu-lampu kerucut dan arus lalu lintas jakarta dengan warna-warna baru. Seolah-olah semuanya diterjemahkan dalam satu kombinasi wajah kemanusiaan. Semuanya terasa mesra tapi kosong. Seolah-olah saya merasa diri saya yang lepas dan bayangan-bayangan yang ada menjadi puitis sekali di jalan-jalan. Perasaan sayang yang amat kuat menguasai saya. Saya ingin memberikan sesuatu rasa cinta pada manusia, pada anjing-anjing di jalanan, pada semua-muanya.

 Tapi kata-kata yang paling mengena dalam hati saya adalah kata-kata beliau yang terakhir ini.

Tak ada lagi rasa benci pada siapapun. Agama apapun, ras apapun dan bangsa apapun. Dan melupakan perang dan kebencian. Dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik.
 referensi quote dari sini
coba cari-cari dvdnya dulu di toko kaset,kalo gak ada ya udah gpp download aja :D

14 comments:

  1. wah, link utk donlot filmnya jgn dicantumin atuh. kita kan hrs mendukung produk dlm negri. so, say no to BAJAKAN.

    hehehe... eniwei, saya jg pengaggum soe hok gie :)

    ReplyDelete
  2. wah, agan pengagum Soe Hok-Gie pula yah? sama nih..
    Sejak masih kuliahan, saya selalu terinspirasi tulisan Gie, idealisme Gie, semua tentang Gie tak akan pernah habis saya bahas. Eh iyah Ku udah follow blognya Bro.

    ReplyDelete
  3. @maya wah bukannya begitu mbak.soalnya filemnya udah gak bisa di dapet lagi di toko kaset dsini @_@ coba aja mbak maya cari2...soalnya produksi beberapa tahun lalu. kalau memang gak boleh nanti saya hapus link downloadnya deh.hhe terimakasih sudh mampir..

    @arif iyah gan..lumayan sih thanks gan...pasti mampir ke lapak agan deh.hahaha kayak kaskus aja gan.

    ReplyDelete
  4. saya juga suka banget sama Gie.. Gie lah yang bikin saya pengen naek gunung* walo belum kesampean..huhu*..
    saya merinding baca buku Soe Hok Gie Sekali lagi...trutama yang nyeritain pas Gie dan Idhan meninggal dunia, aduuh...tragis banget...

    ReplyDelete
  5. @mbak hana juga suka gie toh....wah jujur saja mbak saya belum membaca keseluruhan bukunya :D
    nanti disempetin lagi...
    terimakasih sudah mampir.

    ReplyDelete
  6. Wah waaah bulet jadi kepengen nonton. Kayaknya inspiring banget. Link dunlotannya mana Chank Uchaaank? :D

    ReplyDelete
  7. @bulet hahaha cari di indowebster aja ...disana juga ada kok :D search aja gampang kok,udah ditegur soalnya sama comment yang pertama.hahaha dihapus deh link downloadnya.

    ReplyDelete
  8. tiada lagi kebencian pada ras adan suku apapun, hanya semangat untuk membangun. bener2 kata2 bagus yah dari seorang Giie. tapi sayangnya belum banyak yang berpikiran begitu,chank.

    seandainya dulu ada yang namanya internet dan blog, saya yakin gie juga akan ngeblog dong sama kayak kita2 ini. #uhuk

    ReplyDelete
  9. wah..wah.. Gie Holic is in the house. :D

    sya plg ska kata Gie yg ini> "Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemuafikan.

    ReplyDelete
  10. Wah, penggemar Soe Hok Gie juga?
    Suka suka suka....
    Akhirnya dapet temen juga

    ReplyDelete
  11. Saya penggemar Soe Hok Gie. Sejak pertama kali nonton film Gie, rasanya ada sesuatu :D. terus membaca bukunya. mendalami siapa sosok Gie. seorang Idealis yang romantis ^^

    dan lewat posting yang ini, aku mengagumi Gie :) (lebay deh..)

    http://annisareswara.blogspot.com/2009/06/aku-mereka-dan-inspirasi.html

    ReplyDelete
  12. mau donk filmnya.. nyari di toko susah banget..

    ReplyDelete
  13. sy syukaGie... dari filmnya juga dari tulisannya... akhirnya... memang beanr tulisan mengabadikan seseorang...

    ReplyDelete
  14. sebagai mahasiswa kita tidak boleh hanya sekedar kupu-kupu (kuliah pulang) tapi marilah seperti soe hok gie yang begitu inspiratif bagi kita semua.

    ReplyDelete

speak up!