Posts

Showing posts from April, 2013

berkemas

Beberapa hari yang lalu teman saya membagi ceritanya pada saya. Cerita yang cukup klise, dialami oleh kebanyakan orang di permukaan bumi. Hatinya sedang berantakan sekarang. Katanya, seseorang yang dulunya pengunjung tetap di sana, sekarang telah berkemas untuk pergi. Seharian dia bercerita. Di akhir cerita, dia hanya tersenyum dengan ragu sambil menguatkan. Saya berterima kasih padanya untuk cerita yang baik itu. Saya pun tak pernah keberatan jika seseorang datang dalam hidup saya hanya untuk berkunjung. Seperti tour wisata sebuah tempat yang mereka ingin kunjungi. Mungkin begitu isi hati kita untuk beberapa orang. Hanya sebatas ingin datang, lalu kemudian pergi begitu saja karena tertarik dengan tempat lain. Hati yang lain. Sungguh, saya tak pernah keberatan jika ada yang melakukannya pada saya. Asalkan, ketika mereka pergi tak lupa juga membawa kopernya. Pengunjung seharusnya tak boleh meninggalkan apapun di sebuah tempat. Tapi terkadang, ada juga pengunjung yang tak bisa d...

collision!

Image
Malam belum berbuah bulan saat aku menggenapi kesepianmu. Matahari baru saja tertidur pulas di kaki langit. Orang-orang lalu lalang seperti kerumunan semut. Ramai tapi tak pernah saling bertabrakan. Sesekali mungkin, iya. Tapi tak sesering saat dua orang seperti kita bertemu. Anggap saja pertemuan kita ini selalu menghasilkan 'tabrakan'. Duniamu dan duniaku yang saling bertabrakan dalam kealpaan. Menjadikannya seperti dua meteor yang berbenturan pada galaksi yang luas. Hancur berantakan. Kepingan-kepingan kenangan yang berserakan dalam ingatan terburai di udara. Kau dan aku kemudian mengumpulkannya satu persatu lalu memaknainya lebih daripada saat mengingatnya seorang diri. Kau bercerita. Aku mendengarkan. Aku bercerita. Kau mendengarkan. Sesekali kita beradu pendapat. Begitulah esensi pertemuan seharusnya, saling mendengarkan. Cerita kita kemudian menceritakan dirinya sendiri. Bagaimana mereka kesepian dan akhirnya menemukan orang yang bisa dibagi ceritanya masing-ma...

Lelaki yang benci Hujan

Image
Lelaki itu mengernyitkan dahinya ketika gerimis mulai jatuh perlahan. Wajahnya yang merona merah karena sore yang keemasan di pinggir pantai itu tiba-tiba saja berubah masam. Ada kekecewaan di batinnya yang perlahan mulai mengiris. Membuatnya mengemis harapan tentang cuaca hari itu agar segera membaik. "Awan sialan!" Serapahnya begitu ketus. Gerimis hanyalah pemberi kabar untuk hujan. Begitulah cara kerja langit sebelum memberikan hal baik pada bumi. Ia akan memberikan hal-hal kecil sebelum memberi hal-hal yang lebih besar. Hujan. Jatuh dengan khidmat di pantai itu. Dan lelaki itu makin murka pada awan di atas sana. Ya, dia lelaki si pembenci hujan. Tak begitu suka dengan melankoli hujan dan caranya meresonansikan kenangan manusia yang dijatuhinya. Tentu lelaki itu juga tak suka dengan petrichor dan suara air di atas genteng. Ia tak peduli bagaimana hujan telah melahirkan penyair hujan di luar sana. Ia hanya tak suka hujan dengan begitu terlalu. Ada alasan ...