dua orang yang beruntung
Ada yang aneh dengan matahari pagi ini. Ia begitu dekat, padahal jarum jam belum mendekati pukul 10. Saya ingat hari ini ada momen yang sakral. Seorang perempuan yang dulunya penenun jingga sekarang akan menenun cahaya. Dia akan menikah. Apakah matahari juga ingin melihatnya dari dekat? Ah, matahari yang tak tahu diri, pikirku. Saya mengendarai sepeda motor dengan terburu-buru pagi itu. Takut akan melewatkan momen yang banyak orang harapkan hanya terjadi sekali seumur hidup. Di kepalaku tiba-tiba saja terjadi benturan aneh. Kalau memang ini membahagiakan, kenapa banyak orang yang berharap ini hanya terjadi sekali? Saya tertawa kecil. Menertawai pemikiran aneh barusan. Kalau pasanganku kelak membaca ini pasti saya sudah digantung di tiang bendera. Motorku sampai lebih dulu daripada isi pikiranku yang konyol. Suasana begitu ramai. Tidak seperti biasa memang. Mesjid sepagi ini ramai dengan anak-anak berpakaian seragam dan ibu-ibu yang memakai kebaya. Tak kalah dengan para kau...