Posts

Showing posts from February, 2013

dua orang yang beruntung

Image
Ada yang aneh dengan matahari pagi ini. Ia begitu dekat, padahal jarum jam belum mendekati pukul 10. Saya ingat hari ini ada momen yang sakral. Seorang perempuan yang dulunya penenun jingga sekarang akan menenun cahaya. Dia akan menikah. Apakah matahari juga ingin melihatnya dari dekat? Ah, matahari yang tak tahu diri, pikirku. Saya mengendarai sepeda motor dengan terburu-buru pagi itu. Takut akan melewatkan momen yang banyak orang harapkan hanya terjadi sekali seumur hidup. Di kepalaku tiba-tiba saja terjadi benturan aneh. Kalau memang ini membahagiakan, kenapa banyak orang yang berharap ini hanya terjadi sekali? Saya tertawa kecil. Menertawai pemikiran aneh barusan. Kalau pasanganku kelak membaca ini pasti saya sudah digantung di tiang bendera. Motorku sampai lebih dulu daripada isi pikiranku yang konyol. Suasana begitu ramai. Tidak seperti biasa memang. Mesjid  sepagi ini ramai dengan anak-anak berpakaian seragam dan ibu-ibu yang memakai kebaya. Tak kalah dengan para kau...

Ada yang Tenggelam

Image
Aku mengenal seorang perempuan yang mencintai laut. Katanya, laut semacam arena yang sangat besar di kepalanya. Tempat di mana ribuan bahkan jutaan kehidupan diciptakan lalu dipermainkan oleh waktu. Tempat asal muasal dari banyaknya ordo di dunia. Itulah mengapa ia mencintai laut. Alasan yang sangat sederhana, kataku. Dia mencintai sesuatu yang melahirkan kehidupan. Seperti itu ia mencintai ibunya. Namanya Retni. Dia memiliki mata yang unik—gerhana bulan penuh. Berwarna hitam legam dengan cahaya yang berpendar di bawah hujan. Senyumnya lebih mirip sebuah danau yang tenang tanpa riak. Ketika ia menangis, bibirnya menjadi tempat yang menampung air matanya. Dia lebih suka meminum air matanya sendiri daripada dibagi-bagi, bahkan untuk sebuah sapu tangan sekalipun. Itu cerita yang sudah lama sekali. Asin dan sedikit pekat, katanya suatu hari saat kutanyai tentang rasa dari air mata. Retni suka sekali mendengar suara ombak setiap pukul 5 sore. Kecuali hari sedang hujan, dia ak...

perempuan dan bangku kosong

Image
Perempuan itu sering sekali duduk di sana. Di tepi danau memanjakan kakinya pada rumput dan tanah basah. Untuk seukuran anak perempuan sebayanya―cukup tinggi dan masih sangat muda. Gaya khas pakaiannya adalah tren anak muda masa kini. Berjilbab, rapi, fashionable,  tentu saja sangat sopan dan membuat lelaki begitu sayang untuk menundukkan kepala. Cahaya yang memantul di tepian danau membuat pemandangan itu seperti lukisan di museum yang kudatangi beberapa tahun lalu. Meneduhkan. Saya sudah sering melihatnya di sana. Seperti biasa dengan segelas kopi di samping kanannya. Kami sudah saling mengenal pula. Dia perempuan yang mencintai kesedihan. Dia mempunyai hubungan khusus dengan murung, lambaian tangan, apalagi air mata. Bukan tanpa alasan. Mana ada seseorang yang berhubungan dengan kemuraman tanpa alasan, itu gila namanya. Tidak, dia masih waras. Masih mengingat namanya dan juga seluk beluk kehidupannya. Dia sudah bercerita banyak, mungkin cukup banyak untuk ukuran orang asi...