Posts

Showing posts from 2013

Pengamat

Image
... Engkau adalah salah satu rahasia baik di pikirannya. Seperti halnya perbuatan baik,  ia harus dirahasiakan agar berkali lipat baiknya. Engkau hanya perlu ada. Tanpa harus mengerti tentang apa segala ini. debar yang men(y)enangkan .

permulaan

Image
pict from here Akhir-akhir ini pikiran saya sering diserang rasa bersalah. Barangkali, karena sudah jarang menulis. Sekalipun yang saya tulis kebanyakan omong kosong, ternyata benar-benar butuh waktu kosong agar saya bisa menulis sesuatu di tempat ini. Selain alasan karena laptop yang rusak tak berdaya lagi, ada kesibukan lain yang akhirnya membuat pikiran saya menjadi punya lebih banyak bifurkasi daripada biasanya. Sibuk itu baik, dengan begitu ternyata saya bisa belajar lebih banyak hal, mengenal orang, dan lebih tahu arti tanggung jawab sebagai seorang manusia. Mungkin ini yang saya butuhkan saat ini. Berjalan seorang diri menemukan hal-hal baru yang bisa membentuk pribadi saya nantinya. Tapi, tentu saja saya tak ingin kehilangan identitas diri saya sendiri. Kebanyakan orang memang sulit mempertahankan identitas bawaannya saat berada di 'alam liar'.  Mereka akhirnya menjadi apa yang tak pernah diharapkan oleh dirinya. Saya tak ingin seperti itu. Saya hanya berha...

Abu-abu

Mungkin kau akan mendapati hari seperti itu. Kau terbangun di sebuah tempat yang entah bagaimana kau berada di sana. Kau tak ingat jelas alasan kenapa bisa kesana. Itu adalah tempat yang tak ingin kau datangi lagi. Bukan karena tak suka. Dulu, kau sangat suka tempat itu. Kau pernah pergi berdua dengan seseorang ke sana. Selalu. Setiap ada waktu tentunya. Tapi kata dulu memang tak menyenangkan untuk ditaruh pada beberapa kalimat. Kau memperbaiki posisi duduk. Berusaha kembali mengingat alasan kenapa tiba-tiba berada di sana. Pelan-pelan membuka lemari-lemari memori di dalam kepala. Terlalu banyak kenangan bertumpuk di sana dan beberapa tak ingin kau bangunkan kembali. Karena kalau terbangun, biarpun hari begitu terik rasanya akan seperti hujan di bulan Desember. Sepi dan terasa begitu dingin. Berjam-jam berlalu dan langit sore mengingatkanmu tentang waktu yang akan lebih sunyi. Larong-larong terbang melintasi gedung-gedung pencakar langit. Mencari cahaya. Memburu sesuatu y...

Bulan yang Wajar

Apakah sebuah pantai akan selalu seperti ini? Ombak yang menggulung perlahan akan menjadi beringas ketika telah hampir sampai ke tepian, memeluk karang-karang dengan lengannya yang kokoh. Adakah karang yang tabah itu merasa sakit ketika dipeluk ombak? Apakah kepulangan seseorang menjadi tidak berarti apa-apa ketika yang terkenang hanya sakit yang menggilas? Pertanyaan-pertanyaan semacam itu selalu saja menghantui kepalaku. Tapi ternyata, pertanyaan terkadang hanya melahirkan pertanyaan lain yang harus aku jawab sendiri. Mungkin, seperti debur ombak yang merindukan bibir pantai, debar jantungku pun tak ingin kalah. Ia selalu ingin didengarkan olehmu, dengan hati atau hanya sekedar telinga. Lalu pelan-pelan ketika orang-orang mulai mempertanyakan kita, sama seperti biasa, debur ombak akan menyamarkan debar jantungku. Bukan karena kita merasa terasing. Hanya saja, kita lebih memilih kesunyian ini untuk dinikmati berdua. Aku suka dengan pantai pada malam hari. Selalu bisa kulihat ...

what love looks like

Image
One day, a young guy and a young girl fell in love. But the guy came from a poor family. The girl’s parents weren’t too happy. So the young man decided not only to court the girl but to court her parents as well. In time, the parents saw that he was a good man and was worthy of their daughter’s hand. But there was another problem: The man was a soldier. Soon, war broke out and he was being sent overseas for a year. The week before he left, the man knelt on his knee and asked his lady love, “Will you marry me?” She wiped a tear, said yes, and they were engaged. They agreed that when he got back in one year, they would get married. But tragedy struck. A few days after he left, the girl had a major vehicular accident. It was a head-on collision. When she woke up in the hospital, she saw her father and mother crying. Immediately, she knew there was something wrong. She later found out that she suffered brain injury. The part of her brain that controlled her fac...

Ikan Mas di Kolam Pikiran

Image
Aku ingin memancing ikan-ikan mas nakal di kepalamu, yang tatkala itu sedang menyantap kenanganmu. Ikan yang sengaja engkau beli pada pasar yang riuh di hari berhujan yang gusar. Mereka tumbuh dengan keterlaluan. Memakan segala yang ada di kolam pikirmu dengan rakus. Peluh kenangan yang keluar dari pori-pori ikan itu meluap, melarungkan segala getir yang berhulu dari matamu. Lalu ada jeda dari perbincangan kita yang monoton, tentang surat kabar yang tak ada kabar siapasiapa di sana. Kecuali aksara-aksara yang menyuarakan sunyi dan kota kita yang dipeluk kemarau pada musim rindu. Akulah lelaki malang itu, yang pernah berangan-angan menjadi penyelam yang kehabisan nafas di kolam pikirmu. Yang membusuk dan jadi bangkai digeramus waktu.  Menjelma racun bagi ikan-ikan mas tak tahu diri. ______________________ Saya tidak pernah menulis puisi. Karena hari ini ulang tahun Chairil Anwar dan Hari Puisi, maka saya ingin memeriahkannya dengan m...

Ramadhan Terakhir

Image
Rasanya saya tidak tahu mau mulai dari mana. Makanya saya mulai saja dengan paragraf membingungkan ini. Tentang pertanyaan yang rasanya (masih) asing terlontar dari seorang Dhe. "Andai Ramadhan ini bulan terakhir untuk kamu, impian apa yang ingin sekali diwujudkan?" Setelah saya membacanya. Spontan di benak saya teringat seseorang. Fotonya ada di dalam dompet saya. Agak kumal dan lusuh karena sudah lebih dari 20 tahun foto itu diambil. Itu foto Ayah Kandung saya. Fotonya tidak terlalu jelas. Hanya matanya yang sedikit kentara. Matanya memang mirip dengan mata saya. Kata Ibu, beliau adalah seorang seniman. Pelukis tepatnya. Saya tidak ingat bagaimana raut wajah dan suara beliau. Saya tidak ingat lagu-lagu nina bobonya. Bahkan saya tak pernah melihat lukisan-lukisan beliau. Tak ada yang bisa saya ingat saat umur belum tiga tahun dan orang tua saya memutuskan untuk saling memunggungi dan hidup dengan pilihannya masing-masing. Orang dewasa memang terkadang sulit dimeng...

bus stop

Image
Saya tahu ini bukan pertama kalinya perasaan semacam itu merasuki kita. Tapi saya merasakannya seolah semuanya baru pertama kali. Hari yang malas. Kaki yang enggan kemana-mana. Ruang tamu, cerita absurd dan rahasia-rahasia dibongkar muat dengan senang hati. Tak ada yang lebih nyaman dari menjadi dirimu sendiri. Seolah saja matamu yang sungai itu selalu menghanyutkan segala ragu menjauh. Sejak pertama kali melihatnya, saya mulai sadar. Walau matahari membeku suatu ketika, matamu bisa hadir sebagai hangat yang lain. Hal-hal baik di dunia memang tak pernah berhenti. Tak pernah benar-benar berhenti. Walaupun penderitaan juga tak pernah. Terasa sama saja. Harusnya kita bisa menikmati keduanya dengan jalan yang sama. Tapi terkadang saya hanya terlalu kalut untuk menentukan jalan. Kau tahu, saya merasa kita pernah ada di bus yang sama dengan jurusan yang sama. Tapi sayangnya kita berhenti di halte yang berbeda. Tiap orang sepertinya punya takdirnya untuk berhenti di ...

Surat Pramoedya Ananta Toer dan Goenawan Mohamad

Image
Surat menyurat ini berisi tentang surat terbuka Goenawan Mohamad terhadap Pramoedya, dan tanggapan Pramoedya terhadap surat terbuka Goenawan Mohamad.  Surat terbuka Goenawan Mohamad dilatarbelakangi penolakan Pramoedya terhadap permintaan maaf Presiden RI saat itu, Gus Dur, terhadap tragedi tapol/napol PKI. Surat Terbuka untuk Pramoedya Ananta Toer oleh Goenawan Mohamad Seandainya ada Mandela di sini. Bung Pram, saya sering mengatakan itu, dan mungkin mulai membuat orang jemu. Tapi Mandela, di Afrika Selatan, menyelamatkan manusia dari abad ke-20. Tiap zaman punya gilanya sendiri. Abad ke-20 adalah zaman rencana besar dengan pembinasaan besar. Hitler membunuh jutaan Yahudi karena Jerman harus jadi awal Eropa yang bersih dari ras yang tak dikehendaki. Stalin dan Mao dan Pol Pot membinasakan sekian juta "kontrarevolusioner" karena sosialisme harus berdiri. Kemudian Orde Baru: rezim ini membersihkan sekian juta penduduk karena "demokrasi pancasila" tak...

Pada Sebuah Pantai: Interlude dari Goenawan Mohamad

Semua ini hanya terjadi dalam sebuah sajak yang sentimentil. Yakni ketika pasang berakhir, dan aku menggerutu, “masih tersisa harum lehermu”; dan kau tak menyahutku.      Di pantai, tepi memang tinggal terumbu,      hijau (mungkin kelabu).      Angin amis. Dan      di laut susut itu, aku tahu,      tak ada lagi jejakmu. Berarti pagi telah mengantar kau kembali, pulang dari sebuah dongeng tentang jin yang memperkosa putri yang semalam mungkin kubayangkan untukmu, tanpa tercatat, meskipun pada pasir gelap.      Bukankah matahari telah bersalin dan      melahirkan kenyataan yang agak lain?      Dan sebuah jadwal lain?      Dan sebuah ranjang & ruang rutin, yang      setia, seperti sebuah gambar keluarga      (di mana kita, berdua, tak pernah ada)?      Tidak a...

pada waktunya

Retni, Apa kabarmu?  Saya harap kau selalu baik-baik saja di manapun kakimu berhenti melangkah. Apa kabarnya dengan anak kita? Saya rasa, dia sudah mau lulus dari sekolah dasar sekarang ini. Salam sayang untuknya kalau kau tidak keberatan. Retni, tahun-tahun berlalu begitu cepat. Tapi entah kenapa rasanya waktu berlalu begitu lambat ketika mengingat kalian. Saya juga mulai merasa bosan akhir-akhir ini. Hidup begitu saja dan tak ada yang berubah. Maksud saya, tak ada yang berubah dari pikiran-pikiran saya. Saya melihat lingkungan yang sama setiap harinya. Orang-orang yang bangun pagi dengan tujuan yang sama. Menjalani rutinitas agar tetap dibilang sebagai manusia. Walaupun ada beberapa yang hanya tinggal di dalam kamar, dan menghabiskan satu hari lagi yang sia-sia. Tetap saja, lingkungan semacam ini membuat pikiran saya menjadi seperti hampir mati. Kau tahu, suatu hari saya ingin bebas dari semua rutinitas ini. Melakukan apa saja yang saya suka seorang diri. Tidak te...

semati-matinya mati

"Bodoh. Kau bisa mati saat itu." "Maksudmu,.. jantung berhenti berdetak?" "Iya. Kamu akan mati kalau kau terus-terusan membiarkan orang lain menyakitimu." "Kau itu tidak sepintar yang aku kira." "Maksud kamu apa?" "Kau tidak mengerti mati yang sebenarnya." ....... "Jadi menurutmu, kamu lebih mengerti tentang mati?" "Ditembak dengan pistol tepat di jantung, melompat ke jurang, urat nadi dipotong, atau tubuhmu dibakar sampai diracuni. Apakah kau benar-benar mati dengan itu semua?" .............. "Ya. Tentu saja itu semua bisa membuatmu mati. Mati seketika!" "Bukan. Bukan hal semacam itu yang membuat seseorang mati. Kita akan mati ketika tak ada lagi yang membutuhkan keberadaan kita. Tak ada lagi yang merindukan. Tak ada lagi yang mengingat walaupun hanya sekedar nama atau diberi ucapan selamat hari raya. Kita akan mati ketika tak ada lagi dalam ingatan siap...

Surat untuk Kian

Teruntuk Kian. Ini adalah surat terakhir saya sebelum pergi lagi dari kota ini. Ya, Kian, seminggu lalu saya datang ke rumahmu. Tapi ternyata di sana sudah kosong. Kau tak lagi tinggal di sana selama dua tahun terakhir. Di situ juga saya baru sadar bahwa kita telah salah persepsi selama ini. Kalau kau bingung, saya ingin menjelaskannya pelan-pelan. Ini tidak akan panjang, karena saya juga takut ketinggalan kapal. Saya menulis surat ini di warung dekat pelabuhan sambil menenggak segelas kopi tanpa gula. Saya diberitahu tetanggamu. Bahwa kalian sekeluarga telah pindah rumah pada bulan April dua tahun lalu. Kalian pindah ke pinggiran kota, dekat dengan pantai. Kau tahu, di bulan itu juga saya pindah kontrakan, Kian. Saya sudah menuliskan alamatnya di surat untuk balasan suratmu yang terakhir. Tapi sekarang saya tahu surat itu tak pernah sampai di tanganmu. Pantas saja tak pernah ada balasan surat lagi selama dua tahun terakhir darimu. Surat saya dan suratmu telah salah alamat. ...

Hei, smile.

Image
Kita tentu saja sudah sering melihat orang-orang tersenyum. Kebanyakan dari mereka selalu berhasil membuat kita membalas senyumnya. Seperti terkena sihir. Kita pun tiba-tiba saja tersenyum. Tanpa alasan yang jelas. Tanpa tahu kenapa melakukan itu. Bahkan tak jarang juga kita melakukannya pada orang yang tak dikenal. Lalu saya kemudian berpikir, bahwa kalau ada hal sederhana yang bisa mendekatkan semua orang di dunia ini, mungkin itu senyuman. Saya tak peduli apakah itu senyum yang dibuat-buat atau tidak. Saya juga tak ingin ambil pusing tentang adanya senyum yang berlabel made in china . Saya masih terlalu muda untuk berpikir hal rumit semacam itu. Anggap saja saya ini orang yang naif. Menganggap bahwa senyuman itu tak pernah punya tendensi   melukai, tetapi menyembuhkan. Kita bahkan tak pernah tahu dampak dari sebuah senyuman untuk orang lain. Senyum juga refleksi dari jiwa yang tabah. Maksud saya, tiap orang pasti punya masalah. Mau besar atau kecil, tetap saja nama...