Posts

Showing posts from September, 2012

hai

Image
Hai, kamu. Yang segaris senyumnya selalu menjelma semangkuk antik, tentu saja bukan salah satu koleksi kesayangan ibuku. Karena lengkung bibirmu senilai angka delapan yang terbaring. Hai, kamu. Yang suaranya seperti debar hujan di musim kemarau, tentu saja bunyinya lain dengan tik tik yang jatuh di dalam parit. Karena gema suaramu mendesau lembut ke palung hati. Hai, kamu. Yang kedua bola matanya adalah tempat paling teduh di dunia, tentu saja setelah rahim dari seorang ibu. Karena matamu adalah rumah dari segala aku. Hai, kamu. Yang masih menjadi rahasia manis dari semesta, tentu saja perasaanmu bukan sebongkah gula dalam cangkirku. Karena semesta adalah ibu yang melahirkan setiap rasa. pict from here

capung dalam toples

Image
Beginilah ia musim kemarau. Tak ada hujan ataupun gerimis yang berani menyapa hanya untuk sekedar basa-basi. Capung-capung bermigrasi dari tempat yang tak pernah kita ketahui. Apakah mereka datang memeluk kunang-kunang karena takut gelap di malam hari, atau mungkin juga mereka penumpang gelap di punggung kura-kura tua saat kelelahan. Aku ingat pernah mengunjungi masa kecilmu. Dalam sebuah mimpi yang kutahu itu bukanlah bunga tidur saat aku bosan dengan dunia nyata. Rambutmu yang sebahu dikepang dua dengan ikat rambut yang terbuat dari rumput yang kau ambil dari taman. Kau memakai baju putih dengan gambar bunga matahari, celana hitammu terlihat kotor karena lumpur. Tak jauh dari taman itu ada sawah dengan padi yang menguning. Para petani memakai masker yang kita suka, senyum bahagia. Aku menarik tanganmu yang mungil, kau pun menyambutnya dengan baik. Kita kemudian berlari mengejar capung-capung yang bergumul di pematang sawah. Itu sore yang jingga. Kita hampir tertipu dengan gradasi ...

Hujan yang tak mengenal musim

Image
Hei, kemarin aku bertemu Sunyi. Katanya ia rindu padaku, aku hanya tersenyum. Sudah lama ia tak menyapa dan menemaniku di dalam kamar, bahkan kami pernah tertawa bersama di pesta yang ramai. Sunyi, ia memang teman yang baik tapi sayangnya sahabat yang buruk. Aku pernah bertengkar dengan Sunyi tentang siapa diantara kami yang lebih mengenal Hampa. Terang saja aku mengenal Hampa. Seingatku, kami bertemu bulan April yang lalu. Bulan di mana semua kesedihan bertiup dari barat, tapi tanpa kusadari ternyata bahagia juga jatuh dari langit. Aku baru menyadarinya belakangan.Ternyata aku terlalu intim melihat hal-hal yang ada di luar, tapi tak pernah mau melihat kedalaman sebuah kejadian. Hampa, ia ngotot menemaniku saat itu. Hari itu juga ia mengenalkanku pada Sunyi. Tapi aku tidak ingin membahas tentang Sunyi dan Hampa. Mereka sahabat yang buruk untuk orang sepertiku. Aku sedang ingin membicarakanmu, Hujan. Tapi sebelumnya, terima kasih telah mengusir mereka. Hujan, tahukah kau saat per...