Posts

Showing posts from 2014

pedang

Image
ilustrasi oleh james jean Jujur itu membuatmu bisa bernafas lebih lega. Kau tahu kenapa? Karena apa yang ada di depan sana begitu misterius. Segala hal yang menurut kita telah tersusun rapi bisa porak poranda seketika. Begitu saja. Tanpa rencana. Tak terduga. Dan ketika saatnya tiba, kau bisa mengetuk pintu itu dengan perasaan yang lebih tenang. Kau malu karena telah berterus terang? Tak apa, yang ada dalam gelap, yang hanya bisa diraba-raba oleh asumsi sebenarnya lebih punya banyak malu karena tak berani menampakkan wujudnya. Sungguh, dengan berkata yang sebenarnya padahal kau bisa saja bilang sebaliknya—itu lebih baik daripada menutupi kebenaran. Kau bisa saja membohongi orang lain dan berkata hal-hal yang ingin didengarkan oleh mereka. Sudahlah, hatimu itu jangan ditambah lagi gelapnya. Kau bukan orang jujur, tapi kau selalu mencoba untuk jujur. Karena kau tahu, munafik itu hanya untuk orang-orang yang kurang piknik. Kata-kata itu pedang, sekali terhunus siapa saj...

Arus Waktu

Image
Tuan, begitulah kenyataan hidup yang kita hadapi setiap waktu. Tak ada yang benar-benar pasti. Segalanya memang harus berubah, entah suka atau tidak. Kau harus sadar dan bisa menelan dengan baik semua kata-kataku kali ini. Tapi jangan ditelan mentahmentah semuanya. Sisakan sedikit di lidahmu, agar kelak kau bisa ingat dengan baik bagaimana rasanya berada di titik itu. Saya pernah mendengarnya sekali, katanya hidup ini hanyalah persoalan pasang dan surut. Kau bisa berada di atas tapi sedetik kemudian bisa tersungkur di bawah. Waktu dan kemungkinan selalu saja tak punya hal lain untuk diperdebatkan panjang lebar selain nasib buruk. Tapi saya selalu percaya, tak ada kehidupan yang berada di atas atau di bawah, seringkali kehidupan ini hanya berjalan dengan cara yang berbeda. Dengan cara yang tak pernah benar-benar kita mengerti. Istirahatkan sedikit kaki-kakimu yang telah berlari terlalu jauh, Tuan. Kau telah melewatkan banyak hal. Terburu-buru membuatmu tidak cermat lagi m...

Teras Rumah

Image
Ini memang pertama kalinya aku mengayuh sepeda dengan nafas tersengal-sengal. Rasanya seperti kembali ke masa waktu sekolah dulu. Aku ini pembalap yang handal sewaktu masih memakai seragam sekolah lusuh tiap pulang sekolah. Tapi usia mungkin terlalu banyak mengenyangkan masa kecilku. “Bisa lebih cepat, Mas? Kita bisa terlambat,” katamu sambil menepuk pundakku. Tanganmu yang lain memegangi pinggangku dengan kuat, angin menerpa wajah kita yang semringah. Jalan kota jadi terasa asing, padahal ini tempat kelahiranku. Pamflet pinggir jalan, penjual bakso, gedung perkantoran, museum tua, lapangan sepakbola yang tampak sudah direnovasi beberapa kali. Entah kenapa saat kita berdua, hal-hal biasa yang kulihat ataupun kulakukan menjadi seperti sebuah pengalaman pertama kali. Barangkali, segala hal ini yang kuharapkan tentang kita dari dulu. Berdua menghadapi getirnya kehidupan dengan tawa. “Iya, tapi pegangannya lebih kuat, ini masih bisa lebih cepat...