Surat untuk Kian
Teruntuk Kian. Ini adalah surat terakhir saya sebelum pergi lagi dari kota ini. Ya, Kian, seminggu lalu saya datang ke rumahmu. Tapi ternyata di sana sudah kosong. Kau tak lagi tinggal di sana selama dua tahun terakhir. Di situ juga saya baru sadar bahwa kita telah salah persepsi selama ini. Kalau kau bingung, saya ingin menjelaskannya pelan-pelan. Ini tidak akan panjang, karena saya juga takut ketinggalan kapal. Saya menulis surat ini di warung dekat pelabuhan sambil menenggak segelas kopi tanpa gula. Saya diberitahu tetanggamu. Bahwa kalian sekeluarga telah pindah rumah pada bulan April dua tahun lalu. Kalian pindah ke pinggiran kota, dekat dengan pantai. Kau tahu, di bulan itu juga saya pindah kontrakan, Kian. Saya sudah menuliskan alamatnya di surat untuk balasan suratmu yang terakhir. Tapi sekarang saya tahu surat itu tak pernah sampai di tanganmu. Pantas saja tak pernah ada balasan surat lagi selama dua tahun terakhir darimu. Surat saya dan suratmu telah salah alamat. ...