perempuan pertama
Ini bukan jatuh cinta pada pandangan pertama. Sungguh, aku sudah memiliki perasaan ini jauh hari sebelum kita bertemu. Engkau yang matanya menggugah semesta dalam air bah kesedihan. Engkau yang di dahinya mengalir sungai-sungai tandus yang mengukir seribu macam kisah. Engkau yang helai rambutnya berguguran bak lembaran daun yang menguning di musim kemarau. Aku tak tahu harus melakukan apa semenjak kali pertama kita bertemu. Aku tak sadar waktu itu, aku belum mengerti apa-apa. Katanya, saking bahagianya bertemu denganmu, aku sampai menangis dan memelukmu begitu erat. Orang-orang dengan seragamnya yang berbau khas sedang memperhatikan kita. Mereka tersenyum. Aku tak peduli dan tak mau tahu apa itu peduli. Aku hanya tahu, semenjak hari itu aku membutuhkanmu. Bahkan, aku tak mengerti apa itu butuh. Engkau adalah duniaku. Poros bagi segala kehidupan yang telah engkau pinjamkan atas izin-Nya. Jangan kemana-mana, tetaplah bersama kami. Lihatlah dulu anak-anakmu ini menjadi ...