Posts

Showing posts from July, 2012

cerita malam di taman kota

Image
Ada seorang  sedang menyisiri jalan yang remang-remang di tengah kota. Berbicara pada malam yang redup, jangkrik yang begitu berisik, dan lampu kedap-kedip yang berbaris rapi seperti semut. Ada senja yang terpelihara di matanya, wajahnya datar menggambarkan mimik lukisan monalisa berabad lalu. Mimpinya baru saja diterbangkan kupu-kupu, terselip di antara sayapnya yang bercorak. Bukan, dia tidak sedang meratapi kehidupannya. Ia hanya mencoba menjadi lilin di tengah kegelapan, tanpa korek api. Dia hanyalah lelaki yang terlalu naif untuk mencuri cahaya dari kunang-kunang. Mungkin dipikirnya duduk di lampu sorot sebuah taman kota lebih baik dari itu. Dipikirnya tak ada yang salah dari menunggu hujan seribu cahaya di pagi yang buta. Sampai disepertiga malam, senja di matanya sudah sangat matang. Angin malam hanya memeluk tubuhnya yang ringkih seperti selimut tebal. Ada bualan-bualan sinis dari gesek rumput yang bergoyang bak penari  latar. Tak kalah juga dengan suara burung ha...

pikirkan saja bahagia kita

Image
Apa yang kamu rasakan waktu pertama kali jatuh cinta? Pasti rasanya begitu hebat, seperti ada sebuah tank di dalam hatimu yang sedang menembakkan peluru besinya ke udara. Bumm! Bumm! Gemuruhnya sampai naik ke kepalamu. Ataukah seperti ada sebuah karnaval di dalam sana, banyak hal menyenangkan yang bisa kamu lakukan. Ah, bahagianya. Tapi kemudian perangnya semakin besar, tankmu rusak dan berkarat. Karnaval yang tadi meriah, sekarang harus gulung tikar karena tidak ada pengunjung. Awalnya kamu sudah tahu akan terjadi hal demikian, tapi kamu masih mengira-ngira. Hatimu hancur sejadi-jadinya, pasti dunia seperti mau runtuh saat itu. Seberapa pun kamu menahan sakitnya, kamu butuh waktu untuk menambal lukanya. Kalau kamu gampang menjahit sebuah luka dan kembali menjatuhkan hati pada seseorang. Itu bukan hatimu yang murahan, kamu hanya terlalu baik untuk melihat keburukan dari seseorang. Kamu terlalu gampang memaafkan dan sulit untuk membenci. Lakukan itu terus sampai kamu menemukan yang...

matahari, embun, dan daun

Kamu pernah mendengar kisah tentang embun dan daun? Ya, itu cerita yang sudah lama sekali, cerita yang cukup singkat dan entah siapa yang memulainya. Aku akan menceritakannya dengan kalimat sederhana sebisa mungkin. Entah kapan terjadinya, matahari pernah merasa kesepian. Ia tak pernah benar-benar menemukan hal yang membuatnya bahagia atau membuat hatinya tenang. Sudah berabad-abad tak ada yang bisa menarik perhatiannya. Ia merasa bosan dengan rutinitasnya setiap hari, tanpa pernah ada yang membuatnya semangat untuk menunda-nunda sebuah hari. Suatu hari, ia melihat hal yang tidak biasa. Di tanah yang gersang, ada sebuah pohon yang tumbuh dengan hanya sekuncup daun yang tersisa. Ia heran, kenapa daun itu masih bisa hidup, padahal tanah itu begitu gersang. Matahari terus memperhatikan, dan mengawasinya karena begitu penasaran. Siang, sore, sampai senja hanya setitik di ujung garis pantaipun ia tetap memperhatikan daun itu. Kemudian saat matahari tertidur dengan pulasnya, embun itupu...

pengelana yang linglung

Image
Aku ini pengelana yang tersesat di dalam hatimu, bajuku compang-camping, bauku tak karuan: rasanya sudah lama aku tidak mandi karena perjalanan membingungkan ini. Itu karena di dalam sini tak ada sungai ataupun danau yang bisa kutempati mandi. Ketika haus, aku hanya menunggu embun santun di pagi buta sebelum cahaya meminumnya pada segelas daun. Ketika lapar, aku hanya melumat rindu yang kutaburi harapan. Remahnya kusisakan untuk semut-semut hitam yang menemaniku. Rupa-rupanya aku sudah berjalan sangat jauh, kakiku lecet, kaos kakipun sudah berbau aneh. Sol sepatuku juga mulai menganga seperti ingin bercerita tentang masa lalunya. Aku memutuskan berhenti sebentar di bawah pohon rindang, berbaring sejenak lalu membuka alas kakiku yang tak layak lagi. Sekarang, aku berjalan dengan kaki telanjang. Untung saja hamparan rumput ini begitu ramah padaku. Waktu ternyata tak mau menungguku di dalam sini, rasanya ia terlalu terburu-buru. Seperti dikejar anjing di depan pagar tetanggaku yang ...

entah dimana dan kapan

Image
Suatu hari entah dimana dan kapan, kamu akan menjatuhkan hati (lagi) kepada seseorang. Mungkin kalian kebetulan dipertemukan di kelas, di pinggir jalan, di kantor, atau bisa saja di tempat tak terduga lainnya. Di jantungmu seperti ada petasan yang sedang meledak-ledak, atau rasanya seperti punch bag yang dipukul seorang petinju secara beruntun. Rasanya sedikit tidak mengenakkan, tapi lucunya kamu ingin mengulang perasaan itu sepanjang hari. Suatu hari entah dimana dan kapan, kamu akan berpisah dengan seseorang. Mungkin karena orang itu sudah mendapat tempat yang lebih baik di bagian bumi lain. Bisa juga di hati yang lain, universitas, instansi, kota, negara, atau karena Tuhan begitu sayang padanya. Jantungmu diuji lagi kali ini. Hatimu menjadi seperti puzzle yang potongan-potongannya mulai hilang, detak jarum jam juga terasa lebih keras berkali lipat. Aneh memang, tapi kamu harus yakini ini, kalian akan bertemu lagi dalam kebetulan ataupun kesengajaan. Suatu hari entah dimana dan...

Kita ada di pelabuhan

Image
Kamu pernah meninggalkan ibumu sendiri karena punya alasan yang tepat? Aku pernah melakukannya, meninggalkan ibuku sendirian di tempat asing. Bukannya untuk sementara, sehari ataupun menahun, tapi selama-lamanya. Aku pernah protes ke Tuhan karena hal ini. Kenapa takdir begitu pelit pada kami? Kenapa Tuhan merencakan semua perpisahan ini begitu rapi? Kalau boleh aku ingin membenci saudara-saudaraku, mereka lebih dulu meninggalkan ibu. Padahal ibu sudah merawat mereka dengan baik. Tapi mereka malah pergi tanpa memikirkan perasaannya, mungkin aku terlalu sensitif di bagian itu. Ibu begitu baik pada kami; bahkan terlalu baik, penyayang dan sering membuatku tertawa. Ibu sama halnya seperti malaikat yang punya tempat khusus di dalam hatiku, menghangatkan. Kata ibu, dia menyayangiku dan bahagia punya anak sepertiku yang begitu keras kepala. Tapi dia juga masih tetap menyayangi saudara-saudaraku yang lain, yah walaupun mereka sudah pergi lebih dulu. Terkadang aku juga merindukan mereka. A...