Pages

Ramadhan Terakhir

24 July, 2013

Rasanya saya tidak tahu mau mulai dari mana. Makanya saya mulai saja dengan paragraf membingungkan ini. Tentang pertanyaan yang rasanya (masih) asing terlontar dari seorang Dhe.

"Andai Ramadhan ini bulan terakhir untuk kamu, impian apa yang ingin sekali diwujudkan?"

Setelah saya membacanya. Spontan di benak saya teringat seseorang. Fotonya ada di dalam dompet saya. Agak kumal dan lusuh karena sudah lebih dari 20 tahun foto itu diambil. Itu foto Ayah Kandung saya. Fotonya tidak terlalu jelas. Hanya matanya yang sedikit kentara. Matanya memang mirip dengan mata saya.
Kata Ibu, beliau adalah seorang seniman. Pelukis tepatnya. Saya tidak ingat bagaimana raut wajah dan suara beliau. Saya tidak ingat lagu-lagu nina bobonya. Bahkan saya tak pernah melihat lukisan-lukisan beliau. Tak ada yang bisa saya ingat saat umur belum tiga tahun dan orang tua saya memutuskan untuk saling memunggungi dan hidup dengan pilihannya masing-masing. Orang dewasa memang terkadang sulit dimengerti. 

Ibu memutuskan menikah lagi. Keluar dari kota kelahiran saya dan merantau ke negeri orang bersama Suaminya yang baru. Setelahnya, saya tidak pernah lagi mendengar kabar apapun tentang Ayah Kandung saya itu.
Dulu, sewaktu kami masih di Negeri orang. Ayah Kandung saya mencari kami di rumah kami yang sebelumnya. Tapi ternyata nasib memang punya harapannya yang lain untuk cerita keluarga ini. Kami tak pernah lagi dipertemukan. Seorang tetangga menceritakannya pada Ibu, lalu diceritakannya lagi pada saya saat sudah dikira cukup mengerti tentang rumitnya hidup.

Apakah dia mencari kami untuk memperbaiki sesuatu? Entahlah.

Saya bisa mengerti dan paham betul bagaimana situasinya saat itu. Dari cerita Ibu, saya cukup tau bagaimana sosok Ayah Kandung saya itu. Di dalam hati, saya bangga punya Ayah Kandung seperti beliau. Mungkin, itulah kenapa saya kagum sekali dengan seorang pelukis atau apapun yang berhubungan dengan penggambaran visual. Bahkan sebelum saya tau kalau ternyata Ayah Kandung saya itu seorang pelukis.

Kalau Ramadhan ini bulan terakhir untuk saya, saya akan memilih menghabiskannya dengan keluarga yang utuh. Saya ingin bertemu dengan Ayah Kandung saya itu. Apakah persoalan dia masih mengingat saya atau tidak. Saya tak peduli. Saya hanya ingin dia tau, bahwa anaknya tumbuh sebagaimana manusia yang lain sampai saat ini. 

Masa lalu ini akhirnya membuat saya selalu sinis terhadap beberapa orang. Maksud saya, orang-orang yang tidak menghargai orang tuanya. Mereka yang memasukkan orang tuanya ke panti jompo atau tidak memperlakukan mereka sebagaimana layaknya "jalan surga" yang lainnya.
Saya selalu gagal paham dengan alasan mereka. Selalu dan tak pernah paham!

Saya selalu percaya, bahwa memaafkan masa lalu adalah cara lain untuk berterima kasih pada hidup.
Semoga engkau selalu dalam lindungan-Nya.

foto beliau

5 comments:

  1. Aamiin,, Smoga suatu saat dipertemukan :)

    ReplyDelete
  2. Bahasan kali ini agak sedikit berbeda dari biasanya :)
    rada nggak nyaman dengan kata 'tau'

    semoga sebelum ramadhan ini belum benar-benar terakhir dalam usia kita, harapan baik akan selalu pulang membawa kebahagiaan. Semoga saja.

    ReplyDelete
  3. "memaafkan masa lalu adalah cara lain untuk berterima kasih pada hidup" dengan begini, tidak akan tersiksa. Semoga harapan itu sejalan dengan rencana tuhan, meski bukan sekarang.

    ReplyDelete
  4. Semoga nantinya bisa dapat di pertemukan ya mbk :)
    Nice blog

    ReplyDelete
  5. Membaca postingan ini, aku jadi kembali teringat kejadian tempo hari di Losari, saat aku (masih saja) membingungkan memilih menuruti ajakan Papa atau makan pisang epe'. Aku ingat betul omonganmu waktu itu Uchank... Bahkan sebelum baca tulisan ini, entah kenapa omonganmu waktu itu seringkali terlintas di kepala...

    ReplyDelete

speak up!