Pages

kau, ingat ini!

07 March, 2013



Saya ingin menulis beberapa hal yang saya temui belakangan ini. 
Suatu hari nanti saya harap ini akan menjadi reminder untuk diri saya sendiri dan mengingatkan kembali kenapa saya menulis ini. Ya, ini surat untuk diri saya sendiri di masa depan. 
Entah itu besok, minggu depan, bulan depan, atau beberapa tahun lagi saat saya tidak mengenal diri saya lagi.

Pertama. 
Beberapa manusia tak akan pernah ada habisnya mencoba menghabisimu dengan kata-katanya. Mereka gemar sekali memojokkan tiap orang dengan tendensi kedudukan. Apapun yang kau lakukan di mata manusia semacam ini, semuanya dusta. Tak ada yang benar ataupun salah di matanya. Kata-katanya akan menjelma samurai. Kalau kau terpedaya kata-katamu juga akan bermetamorfosis jadi serdadu, mereka akan berperang. Kau hanya dianggap batu loncatan di sebuah arus sungai bernama kehidupan. Mereka harus menginjakmu untuk sampai ke seberang.

Kedua. 
Kau akan menjadi manusia paling beruntung di seluruh galaksi kalau dalam hidup bisa jatuh hati hanya sekali. Realitanya, kita adalah sekumpulan makhluk bumi yang tidak akan berhenti mencinta setelah kehilangan. Manusia itu tempatnya segala kehilangan. Beruntungnya, kita bisa lebih kuat setelah merasakannya. Sialnya, makhluk yang katanya sempurna ternyata tingkat kemonogamiannya tidak bisa mengalahkan seekor cacing pipih, Diplozoom Paradoxum. Saat masih muda, cacing jantan dan betina akan bertemu lalu tubuh mereka akan melebur menjadi satu. Saya harap kau mengingat cacing pipih itu saat ingin merendahkan nilai hubunganmu pada seseorang dengan mengkhianatinya.

Ketiga. 
Ada beberapa manusia yang unik. Menganggap semua benda-benda di dunia adalah pembanding terbaik dari kehidupan seseorang. Mereka menjadikannya tameng untuk menutupi kekurangan atau menjadikannya pedang untuk menusuk manusia lain. Evolusi jaman telah membutakannya tentang kesederhanaan. Bahkan seorang manusia paling agung di dunia yang menjelaskan lewat perbuatan dan kehidupannya belum juga membuka mata orang itu. Beda jaman, kilah mereka. Tapi kau, jangan sampai lupa kesederhanaan nabimu.

Keempat.
Suatu hari lingkungan akan menuntutmu untuk berubah. Menjadi apa yang bukan dirimu bawa selama ini. Orang yang berbeda tapi masih di tubuh yang sama. Ideologi dan cita-citamu tentang kebajikan yang kaku dan datar akan diuji. Ruang-ruang di hatimu yang bercahaya kelamaan menjadi redup. Lingkungan itu adalah arena pertarungan dengan dirimu sendiri, bukan orang lain. Kau hanya harus mengingat ini, tetaplah menjadi manusia bebas yang tidak akan terbawa arus. Selama kau memeluk Tuhan di hatimu, selama itu pula kau akan dipeluk-Nya. Bahkan, saat kau lupa memeluk-Nya, Dia tak pernah lupa memelukmu.

Kelima.
Masih ada banyak hal-hal baru di depan sana. Teman-teman baru, masalah-masalah yang baru dan segala kemungkinan yang tidak bisa kau tebak kedatangannya. Tetaplah menjadi seseorang yang ingin kau temui kelak. Orang yang menurutmu baik. Tentu saja baik belum cukup, kau juga harus benar dalam kebaikan. Orang yang katanya akan cepat mati. Tidak apa, tetaplah berbuat hal yang memang hatimu ingin dan bukan yang orang lain ingin lihat. Lagipula, kematian hanyalah pintu dari hal baru yang tidak pernah dimengerti oleh siapapun yang berteduh di bawah langit.

Keenam.
Pencitraan adalah omong kosong terbesar yang pernah diciptakan manusia, simpan kata-kata itu di kepalamu. Suatu hari kau akan merasa membutuhkannya. Iya, kau hanya akan merasa membutuhkannya. Mungkin untuk mendapatkan teman, kedudukan, pujian, atau semacamnya. Tapi saya harap kau tetap sadar dengan apa yang kita telah sepakati di awal paragraf ini.

Sudah itu saja dulu, jaga kesehatan dan nuranimu untuk kita.
pict from here