Pages

tersesat dalam kabut

09 January, 2013



Kau adalah penghuni dunia kabut. Perempuan yang terlahir sebagai bayang-bayang dalam bola mataku. Kau sering sekali menikmati langit kelabu dengan warnanya yang kian pucat. Pelan-pelan kemudian air akan mulai berjatuhan dari langit. Hujan membuat dunia kabutmu menjadi terusik. Hilang dan kemudian menjadi begitu terang dan jelas. Kau sering memakai pakaian abu-abu dengan jeans berwarna hitam. Entah kenapa, kau suka sekali dengan warna kelam. Warna yang tidak terlalu mencolok dan mencuri perhatian orang-orang.

Segala yang kau kenakan berwarna murung. Tapi itu tidak juga bisa menyembunyikan raut wajahmu yang merona merah dan begitu bahagia. Wajah yang tersipu malu melihat senja berwarna jingga. Apakah kau telah menjatuhkan hati padanya? Itu adalah raut wajah seseorang yang punya ribuan kupu-kupu di dalam perutnya. Mereka menggelitik dan membuatmu terus ingin tersenyum tanpa perlu alasan yang rasional. Ya, benar-benar tanpa alasan.

Aku pernah melihat senja dengan warna jingga berekor api. Langit seperti terbakar dalam gradasi warna yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Kalau kau bertemu dengannya, mungkin hatimu akan menjadi patah sekarang. Dia hanya muncul sekali itu. Tak pernah lagi kudapati dia di langit. Senja yang terlalu istimewa untuk manusia penikmat langit seperti kita.

“Kau tahu, aku jatuh hati pada senja dengan warna jeruk pada setiap pukul lima sore di hari yang penuh dengan gumpalan awan susu. Aku suka senja yang sederhana. Yang biasa-biasa saja tapi datang setiap waktu, yang aku tak membutuhkan rindu untuk menunggunya. Seperti matahari pagi.“

“Aku juga suka matahari pagi, cahayanya tidak pernah ingkar.” katamu pelan.

Senja membuatmu yang memakai pakaian berwarna murung tampak berwarna. Matamu dipenuhi jingga yang lebih meneduhkan dibanding rimbun pepohonan di hutan tropis. Kadang, kupikir aku bisa tinggal di dalam sana saat dunia menjadi terlalu melelahkan untuk diladeni. Pribadimu yang sehangat tungku perapian di musim dingin membuatku tak perlu membeli pakaian hangat. Uangnya bisa kutabung untuk membelikan beberapa kado kecil untukmu. Aku pasti akan betah tinggal di sana, pikirku.

Lalu kita berdua akan tetap merayakan pagi walaupun hanya malam yang menyambut. Segala sesuatu yang terlihat di luar tidak selalu seperti apa yang sebenarnya ada di dalamnya. Seperti kau yang memakai pakaian berwarna murung tapi begitu bahagia di hatimu. Kau menyimpannya sendiri.
Seperti itu juga aku akan menikmati senja walaupun langit sore diselimuti awan kelabu yang pekat. Aku hanya perlu pura-pura kehilangan peta dan tersesat di matamu.

Aku ingin tersesat di sana bersama waktu dan melupakan kata 'pulang'.

pict from here

14 comments:

  1. hmm, tersesat dalam kabut.. pura-pura kehilangan peta.. melupakan kata pulang.
    Wah! *semoga petualangan -ajaib- ini berlabuh dengan selamat di tempat perhentian yang sesungguhnya_ dunia tanpa kabut.

    ReplyDelete
  2. kusukanya! Masya Allah, ahh tak mampu berkata.

    ReplyDelete
    Replies
    1. aq jg tak mampu berkata.. hny mampu komenggg *smile

      Delete

  3. Senja membuatmu yang memakai pakaian berwarna murung tampak berwarna.

    Wah... terasa sekali keindahan jingganya senja pada kalimat itu...
    Cantik...

    ReplyDelete
  4. Kau ingin melupakan kata 'pulang'? Bukan kah tempat terbaik untuk pulang adalah 'rumah'?

    ReplyDelete
  5. paling suka bagian ini

    Seperti itu juga aku akan menikmati senja walaupun langit sore diselimuti awan kelabu yang pekat. Aku hanya perlu pura-pura kehilangan peta dan tersesat di matamu.

    mantap!

    ReplyDelete
  6. Selalu terkesima dengan tulisanmu :D Aku pun suka Senja, juga jingga fajar yang kutemui dibalik jendela yang menyapu kabut tiap kali bersiap menuju kampus. haha

    ReplyDelete
  7. Nggak pernah nggak acungin jempol kalo baca tulisanmu chank
    Huaaaa maniiiiiis ( >o<)b

    ReplyDelete
  8. “Aku juga suka matahari pagi, cahayanya tidak pernah ingkar.” katamu pelan.

    feel de javu. :)

    ReplyDelete
  9. Senja jingga selalu membuat terkesima,,

    ReplyDelete
  10. jangan sampe jadi butiran debu aja hahaaa

    ReplyDelete

speak up!