Apakah tentang deru ombak yang beramai-ramai saling menyapu ke pesisir, atau tentang buih yang pecah diantara gelombang. Irama yang terus berulang dan tak pernah berhenti. Itulah suara yang khas ketika bertemu dengan pantai. Dan rasanya sudah begitu lama saya tidak ke pantai. Menikmati angin, pasir, dan air garam yang sedari dulu begitu asin, tak berubah.
Pantai, tempat yang sederhana namun eksotis. Tempat yang murah tapi begitu tak ternilai ketika kita merindukannya. Mungkin kita akan berkata bosan dengan pantai, atau ah cuma pantai. Asal tahu saja, ada hal yang tak akan kita dapatkan di tempat lain kecuali di pantai. Disana kita bisa melihat semangat nelayan yang sedang mencari ikan, penjual asongan khas tepi pantai, atau mungkin anak-anak kecil yang begitu senang bermain di pantai. Kalau tidak sedikit peka, kita tidak akan pernah menikmati pemandangan sederhana seperti itu. Rasa syukur pasti begitu pelit muncul dari hati yang sudah begitu banyak melihat tempat yang lebih mahal.
***
Pantai pagi itu sangat cerah, walaupun awan hitam sudah terlihat di tempat lain, cahaya matahari masih bisa menembusnya. Kawan-kawanku yang gila sangat tahu tempat yang cocok menumpahkan lelah karena semalam suntuk bola mata ini tetap terjaga karena serius mengikuti rapat. Kebetulan ada bola yang nyasar, dan mereka mengajak saya bermain bola. Seperti anak kucing yang bertemu dengan gumpalan benang.Padahal saya berniat istirahat saat itu, tapi melihat suasananya sayang juga kalau dilewatkan.
Puas bermain bola, mereka mulai saling dorong dan mengangkat orang-orang yang belum basah. Tentu saja saya jadi korban. Tidak ada rencana untuk terjun ke pantai pagi itu, karena memikirkan nasib tubuh ini yang tidak istirahat dari tadi malam. Nasi sudah menjadi bubur ayam dan akhirnya saya berenang menikmati setiap air asin yang masuk ke tenggorokan.
Tak lama berselang hujanpun mulai turun, mereka seakan ikut bermain dengan kami. Sempurnalah basah-basahan pagi itu. Menulis di pasir, membuat bentuk aneh-aneh dengan pasir. Semuanya kami lakukan. Pantai pagi itu benar-benar sudah menjadi gila karena kami, ataukah tepatnya kami yang menjadi gila karena pantai? Terserah yang mana saja, asalkan tawa pagi itu bisa terulang dilain hari.
"Suara, nyanyian, musik, gunung, pantai, langit, padang pasir, laut yang membuat mereka indah sesungguhnya hal yang tidak kelihatan. Matahari juga tak bisa ditatap langsung oleh mata, tetapi yang membuatnya indah bukan hal yang bisa ditatap langsung oleh mata kan? Selalu ada sesuatu. Sesuatu yang misterius tetapi sangat bermakna. Itulah yang harus kau temukan… Keindahan bukanlah yang kau dengar atau lihat. Keindahan adalah yang kau rasakan. Jauh sampai ke dalam hati." — Fahd Djibran (Rahim: Sebuah Dongeng Kehidupan)
Tidak ketinggalan foto-foto kelakuan absurd kami waktu di pantai, untung saja tak ada satpam disana.
sok berjemur padahal lagi mendung ==" |
kejar-kejaran ala kuch kuch hota hai, tuh dibelakang nafsu amat sama sy ==" |
Okeh no coment buat foto ini. SUMPAH GUE DIPAKSA !! |
Ayo nak, puas-puasin main sebelum Ayah pulang |
Okeh-okeh ini editan pasti ==" |
Sebelum balik, pasang gaya dulu. :D |